SERAYUNEWS- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat adanya penurunan mobilitas masyarakat selama Lebaran 2025 hingga 24%.
Tahun ini, jumlah pemudik hanya mencapai 146,48 juta, jauh lebih sedikit daripada tahun sebelumnya, yaitu 193,6 juta pemudik.
Penurunan ini menjadi sorotan karena menunjukkan perubahan signifikan dalam pola mobilitas masyarakat saat Lebaran, mengingat periode tersebut biasanya identik dengan lonjakan arus mudik dan arus balik yang tinggi.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi bahwa perputaran uang selama libur Idul Fitri 1446 H/Lebaran 2025 akan menurun. Hal ini seiring dengan berkurangnya jumlah pemudik tahun ini.
Prediksi tersebut berdasarkan pada jumlah pemudik tahun ini yang mencapai 146,48 juta orang atau setara dengan 36,26 juta keluarga, dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari empat orang.
Jika rata-rata setiap keluarga membawa uang sebesar Rp3,75 juta naik 10 persen dari tahun sebelumnya, potensi perputaran uang diperkirakan mencapai Rp137,9 triliun.
Jumlah ini masih berpotensi meningkat, karena perhitungan berbasis skala minimal dan moderat.
Masyarakat memerlukan biaya besar, tidak hanya untuk perjalanan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan selama di kampung halaman, terutama saat Lebaran.
Meskipun terdapat potongan tarif tol dan diskon tiket pesawat, melemahnya daya beli membuat banyak orang mempertimbangkan atau membatalkan rencana mudik.
Selain itu, masyarakat cenderung menunda belanja karena ekspektasi harga bahan pangan dan tiket perjalanan yang tinggi. Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) juga mendorong sikap lebih berhati-hati dalam mengelola pengeluaran.
Di sisi lain, dengan penurunan jumlah pemudik sebesar 24 persen, aliran uang untuk pembelian tiket, konsumsi selama perjalanan, belanja kebutuhan Lebaran, serta tunjangan hari raya (THR), akan menyusut secara signifikan.
Lebih dari setengah (55%) berencana menggunakan setidaknya sebagian dari tunjangan THR 2024 untuk berbelanja kebutuhan Ramadan sebelum membagikan kepada keluarga, teman, atau orang yang membutuhkan (48%).
Sementara itu, hanya 26% yang berencana menggunakan THR mereka untuk mudik.
Survei Kemenhub mengungkapkan bahwa meskipun terdapat diskon tarif transportasi dan kebijakan mudik gratis, banyak masyarakat tetap memilih untuk tidak pulang kampung.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan insentif yang diberikan pemerintah.
Dengan penurunan jumlah pemudik yang signifikan, Lebaran tahun ini akan terasa berbeda bagi banyak orang.
Tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat turut memengaruhi keputusan mereka untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.
Kemenhub dan pihak terkait perlu terus memantau perkembangan situasi ini guna merumuskan kebijakan yang lebih efektif di masa mendatang.***