Menurut Pastor Kepala Paroki Gereja Katedral Kristus Raja, Sulpicius Parjono PR, pohon natal tersebut memiliki tinggi enam meter dan diameter pada bagian bawahnya mencapai empat meter. “Pohon ini dibuat oleh umat Katolik di Gereja Katedral Kristus Raja Purwokerto,” kata dia.
Dimana dalam prosesnya, pihaknya meminta setiap keluarga umat Katolik di gereja tersebut untuk membuat minimal tiga buah ecobrick, yang biasanya didapatkan dari limbah rumah masing-masing.
“Umat diajak untuk mengelola sampah. Sampah ini dihasilkan rumah tangga setiap hari. Ini juga merupakan kelanjutan refleksi kami mengenai pertobatan ekologis, karena kami prihatin atas kerusakan ekologi lingkungan hidup yang terjadi di dunia,” ujarnya.
Proses pembuatan serta menghiasinya memang tidak mudah, masih menurut Pastor pihaknya bahkan harus merancang secara khusus pohon tersebut menggunakan besi. Hal ini dilakukan untuk menopang beban ecobrick yang cukup berat.
Dimana setiap ecobrik dari botol minuman ukuran 600 militer memiliki bobot sekitar 200 gram, sehingga dari perhitungan pihaknya untuk 2.000 ecobrick pohon tersebut harus menompang beban sebesar 400 kilogram.
Sementara itu menurut Ketua Pantia Natal gereja tersebut, Iganatius Heru Santoso rencana kedepan, pihaknya tidak hanya membuat pohon. Namun, juga akan membuat goa menggunakan bahan yang sama.
“Untuk pembuatan kami kami perkirakan membutuhkan sekitar 500 ecobrick,” kata dia.
Sebagai bentuk dukunga keprihatinan atas kerusakan ekologi, pihaknya juga akan terus menggerakan umatnya untuk memanfaatkan limbah rumah tangga terutama plastik. Karena bagi mereka plastik memiliki andik cukup besar dalam pemanasan global.
“Setelah selesai natal, ecobrick ini rencananya akan kami buat kursi di taman, pos ronda mungkin juga. Karena memang ini saja sudah banyak yang memesan,” ujarnya.(san)