SERAYUNEWS – Ketua Kadin Solo, Ferry Septha Indrianto menekankan pentingnya sejarah dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan aglomerasi Solo Raya.
Ferry pun mengajak masyarakat untuk tidak melupakan sejarah.
Pasalnya, hal ini juga tergolong landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Ferry Septha Indrianto memaparkan bahwa Solo memiliki sejarah panjang sebagai pusat pertumbuhan. Ini mengingatkan kembali pada masa kejayaan Mataram Islam yang sempat menjadikan Kota Solo sebagai pusatnya.
Menurutnya, masyarakat perlu memahami pentingnya belajar dari sejarah, sebagaimana semboyan ‘Jas Merah’ (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah).
“Memang bicara sejarah, bahwasanya Solo itu kan satu wilayah yang luas, bagaimana Mataram Islam juga menjadi center of Indonesia saat itu di Kota Solo juga. Artinya, sejarah mungkin berulang. Harapannya juga itu,” ujar Ferry tak lama ini.
Ferry juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Gibran Rakabuming Raka atas upayanya dalam mewujudkan prioritas pembangunan di Solo.
Menurut Ferry, tujuan utama dari gagasan pertumbuhan ekonomi adalah menciptakan lapangan kerja dan memastikan pertumbuhan tersebut inklusif.
“Saya kira mas Wali Kota Gibran sudah berupaya maksimal, 17 prioritas yang dia lihat dia wujudkan saat ini mungkin mencapai 20 prioritas, bahkan 24. Itu kalau saya lihat bukan hanya untuk Kota Solo, kalau kacamata saya itu memang untuk mencapai Solo Raya ini supaya bisa bertumbuh dan berkelanjutan,” katanya.
“Karena yang namanya kita menggagas sebuah pertumbuhan ekonomi, itu pada akhirnya fokusnya adalah ada tidaknya lapangan pekerjaan hingga bagaimana pertumbuhan itu bisa secara inklusif,” lanjutnya.
Ia pun menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus melibatkan sumber daya lokal dan jika mampu, menciptakan kolaborasi dengan ekosistem maupun dunia usaha yang lebih nasional.
Ferry menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan kemitraan dalam mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Sehingga, dalam pandangan Ferry, tantangan yang sesungguhnya adalah menciptakan kolaborasi dengan dunia usaha yang lebih nasional.
“Inklusif itu artinya sumber daya lokal kitalah yang memiliki peran. Jikalau itu tidak mampu, maka kita harus menciptakan kolaborasi atau kemitraan dengan ekosistem maupun dunia usaha yang lebih nasional,” ucap Ferry.
Dengan melihat kembali ke sejarah dan belajar dari masa lalu, Ferry Septha Indrianto percaya bahwa Solo memiliki potensi besar untuk kembali menjadi pusat pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Juga, melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat hingga berbagai pihak terkait, Ketua Kadin itu yakin aglomerasi Solo Raya dapat terwujud dan membawa kesejahteraan bagi seluruh warganya.
“Jadi, kembali ke sejarah itu tadi,” pungkasnya.***