Sejak merdeka, Indonesia memiliki banyak menteri dari mulai masa Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo. Dari banyak menteri itu, ada satu menteri yang berasal dari Banyumas yang bisa menjadi teladan. Dialah Saifuddin Zuhri, yang ketika purna tugas, tak malu jualan beras di Pasar Glodok, Jakarta. Saifuddin Zuhri melakukannya dengan dasar mencari rezeki yang halal.
Saifuddin Zuhri lahir pada tahun 1919 di Sokaraja. Dia anak dari pasangan Mohammad Zuhri-Siti Saudatun. Di masa muda, geliat aktivisme Zuhri sudah terlihat. Saat berusia 20 tahun, Zuhri menjadi Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah bagian Selatan. GP Ansor adalah organisasi pemuda di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).
Tak hanya itu, aktivitasnya di dunia tulis menulis tak perlu diragukan. Sebab, dia pernah menjadi wartawan di Berita NU dan Suara Ansor NU. Aktivitasnya pun kemudian terus menanjak. Singkat cerita, Zuhri pun dipercaya menjadi Menteri Agama di masa pemerintahan Presiden Soekarno pada 1962.
Zuhri menjadi Menteri Agama sampai tahun 1967, ketika pemerintahan sudah dipegang Pejabat Presiden Soeharto. Semasa menjadi menteri, Zuhri menekankan dirinya agar tak kena penyakit mumpungisme dan bekas mentriisme.
Bahkan, di masa dia menjadi menteri, Zuhri tidak mau menaikkan haji adik iparnya. Padahal sang adik sangat berhak dinaikkan haji karena termasuk pejuang kemerdekaan. Hal itu diungkapkan oleh Lukman Hakim Saifuddin, sang anak yang juga pernah jadi Menteri Agama.
“Sebagai orang yang sudah berjasa memang selayaknya Departemen menghajikanmu. Apalagi kamu juga pernah berjuang dalam perang kemerdekaan. Namun, ada satu hal yang menyebabkan saya tidak mungkin membantumu pergi haji melalui departemen yang aku pimpin. Yaitu karena kamu adik iparku. Coba jika kamu orang lain, sudah lama aku hajikan,” ujar Lukman Hakim Saifuddin menirukan pernyataan sang ayah waktu itu.
Begitulah sikap yang dipegang oleh sang menteri. Saat tak lagi jadi menteri, Saifuddin Zuhri melakukan aktivitas yang tak diketahui oleh anaknya. Dia selalu pergi setelah salat Dhuha dan pulang kisaran Zuhur. Tak pernah diketahui ke mana sang mantan menteri pergi.
Sampai kemudian, salah satu anaknya mengetahui bahwa mantan menteri itu jualan beras di Pasar Glodok. Saifuddin Zuhri tak malu jualan beras sekalipun mantan menteri, pejuang, wartawan. Dia tak malu karena mencari rezeki halal.
Cerita tentang tak serakah juga muncul saat Saifuddin Zuhri mengumpulan uang biaya nikah, talak, dan rujuk untuk disetor ke kantor pusat Departemen Agama yang saat itu ada di Yogyakarta. Cerita itu tentu terjadi sebelum Saifuddin Zuhri menjadi Menteri Agama.
Nah, di masa itu uang yang dikumpulkan sampai tiga karung besar. Uang itu pun kemudian dibawa Zuhri ke kantor pusat Departemen Agama di Yogyakarta. Jalan kaki, Saifuddin Zuhri dan dua orang membawa karung besar berisi uang itu. Masuk keluar hutan, naik turun gunung.
Sampai di tempat tujuan, uang di karung tidak berkurang sedikit pun. Tak ada uang yang diambil Saifuddin Zuhri untuk keperluan logistik selama perjalanan.
“Mengapa sampeyan tidak mengambil sedikit untuk biaya makan di perjalanan? Sebagai pejabat berwenang, sampeyan berhak asal ada catatannya,” kata atasan. Saifuddin Zuhri pun memberikan jawaban. “Saya ngga berani. Ini uang negara. Saya bisa kualat kalau memakannya.”
Saifuddin Zuhri lahir dan besar di Kampung Kauman, Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Dia adalah putra dari Mohammad Zuhri bin Abdurrasyid bin Dja’far dan Siti Saudatun binti Mas Amari.
Saat beranjak dewasa, Zuhri mengaku agak susah menyematkan status pada dua orangtuanya, apakah pedagang atau petani. Zuhri sebenarnya memiliki delapan saudara. Namun, empat saudaranya meninggal saat masih kecil. Salin itu, Zuhri juga memiliki tiga adik dari lain ibu.
Saifuddin Zuhri memiliki 10 anak yakni Fahmi, Ida, Anis, Is, Tati, Baihaqi, Yulia, Annie, Adib, dan Lukman. Seperti diketahui, anak terakhir dari Saifuddin Zuhri yakni Lukman Hakim Saifuddin adalah Menteri Agama di masa jelang akhir pemerintahan Presiden SBY periode kedua dan Presiden Jokowi periode pertama.
Sementara, salah satu putri Saifuddin Zuhri yakni Farida atau Ida, menikah dengan Salahuddin Wahid yang merupakan putra Wahid Hasyim. Dengan begitu, Saifuddin Zuhri berbesan dengan Wahid Hasyim. Pertalian dua keluarga dari Banyumas dan Jombang itu sebenarnya juga terjadi di masa sebelumnya.
Salah satu putra dari kakek Saifuddin Zuhri, menikah dengan putri dari KH Hasyim Asyari. Seperti diketahui, KH Hasyim Asyari adalah pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus ayah dari Wahid Hasyim.
Saifuddin Zuhri meninggal dunia pada tahun 1986 atau sudah 35 tahun yang lalu. Saifuddin Zuhri meninggal dunia pada usia menjelang 67 tahun.
*Referensi tulisan
“Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU”, karya Saifullah Ma’shum.
Kultur Pendidikan Islam: Kajian atas Autobiografi Prof KH Saifuddin Zuhri, “Guruku Orang-orang Pesantren”. Karya Yana Ervitaputri