SERAYUNEWS – Sebagai seorang guru penggerak, memahami konsep diagram identitas gunung es memiliki dampak besar dalam transformasi pendidikan.
Konsep ini tidak hanya membantu dalam mengenali dan menangani masalah di permukaan, tetapi juga dalam memahami tantangan lebih dalam yang mungkin tersembunyi di bawahnya.
Dalam artikel ini, redaksi akan membahas konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es bagi peran guru penggerak, serta memberikan pemahaman tentang apa itu diagram identitas gunung es.
Diagram identitas gunung es adalah metafora visual yang menggambarkan sebagian besar aspek identitas seseorang atau masalah tertentu sering tersembunyi di bawah permukaan.
Masalah tersebut seperti halnya bagian terbesar dari gunung es yang berada di bawah permukaan air.
Nah, dalam konteks pendidikan, diagram ini menunjukkan apa yang terlihat pada perilaku atau masalah siswa hanyalah puncak dari seluruh permasalahan yang lebih dalam.
Bagian atas gunung es yang terlihat di atas permukaan air mewakili perilaku atau permasalahan yang mudah dikenali, seperti ketidakmampuan mengikuti pelajaran, perilaku buruk, atau kurangnya motivasi.
Namun, bagian yang lebih besar di bawah permukaan mewakili faktor yang lebih dalam seperti nilai yang dianut siswa, keyakinan pribadi, pengalaman masa lalu, tekanan sosial, dan kondisi emosional.
Faktor-Faktor inilah yang sering kali menjadi penyebab sebenarnya dari apa yang terlihat di permukaan.
Diagram identitas gunung es mengajarkan bahwa apa yang terlihat di permukaan hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan identitas atau masalah.
Sebagai guru penggerak, ini berarti memahami bahwa perilaku siswa atau masalah dalam proses pembelajaran seringkali memiliki akar yang lebih dalam.
Dengan mengenali cara memperlakukan sumber masalah, seorang guru tidak hanya fokus pada gejala yang terlihat, tetapi juga berusaha untuk memahami penyebabnya.
Hal ini memungkinkan pendekatan lebih efektif dalam menangani berbagai tantangan yang dihadapi oleh siswa.
Tantangan dalam proses pembelajaran seringkali bukan hanya hasil dari masalah akademis. Namun, ini juga bisa terkait dengan faktor emosional, sosial, atau lingkungan yang lebih dalam.
Dengan menggunakan pendekatan gunung es, guru penggerak dapat lebih peka terhadap tanda-tanda yang tidak selalu terlihat di permukaan.
Misalnya, seorang siswa tampak tidak tertarik belajar mungkin menghadapi masalah keluarga atau tekanan emosional yang menghambat kemampuannya untuk fokus di kelas.
Setelah mengidentifikasi akar masalah, guru penggerak dapat membantu siswa mengatasi tantangan dengan cara yang lebih mendalam dan efektif.
Ini melibatkan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada perbaikan akademis, tetapi juga pada dukungan emosional dan sosial.
Sebagai contoh, seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda.
Pendekatan tersebut seperti konseling, pendekatan belajar yang lebih personal, atau bahkan intervensi dari pihak lain seperti orang tua atau ahli psikologi.
Dengan demikian, guru penggerak dapat berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa melewati hambatan-hambatan yang menghalangi kesuksesan mereka.
Diagram identitas gunung es mendorong guru penggerak untuk melihat siswa secara holistis.
Ini berarti dalam peran sebagai pendidik, guru harus mempertimbangkan semua aspek dari identitas siswa—termasuk latar belakang keluarga, kondisi emosional, nilai-nilai pribadi, dan faktor-faktor eksternal lainnya—dalam proses pembelajaran.
Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar. Namun, dia juga menjadi mentor yang memahami dan membantu mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh.
Demikian informasi mengenai konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan.***(Umi Uswatun Hasanah)