Banyumas, serayunews.com
Abas Supriadi (40), salah satu pengrajin ciu di Desa Wlahar mengungkapkan, produk pupuk tersebut belum diedarkan secara luas, karena masih perlu uji coba lagi. Menurutnya, produksi satu liter ciu dapat menghasilkan 15 – 20 liter limbah.
“Di sini pengrajin ciu kurang lebih ada 500 orang, sehari itu diperkirakan bisa mencapai 7.500 liter limbah. Sehingga kami upayakan agar limbah tersebut bisa kami manfaatkan, diubah jadi pupuk organik,” ujar dia.
Uji coba telah dilakukan. Namun, saat ini belum terlihat hasilnya secara signifikan. Meski demikian, pihaknya berusaha terus mengembangkan limbah tersebut hingga benar – benar manjur untuk pupuk organik.
“Kalau bahan-bahannya itu sederhana, limbah ciu sekitar 20 liter, dicampur dengan molase atau bakteri pengurai yang biasa digunakan untuk pupuk cair. Kemudian tambah 5 sampai 6 butir telur ayam yang sudah dikocok, campurkan sampai benar-benar tercampur selama tiga menit,” kata dia.
Setelah bahan-bahan sudah dicampur, kemudian didiamkan selama lima hari. Namun, beberapa kesempatan tutup wadah harus dibuka agar gas yang berada di dalam tempat campuran tersebut keluar.
Kades Wlahar, Narsim membenarkan bahwa saat ini perajin ciu di desanya ada sekitar 500 orang. Sehingga dengan adanya upaya menjadikan limbah ciu sebagai pupuk, pihaknya sangat menyambut baik.
“Sebelum keluar, uji coba harus dimaksimalkan dulu. Sehingga jangan sampai produknya sudah keluar di pertanian, petani justru malah gagal panen,” ujarnya.