SERAYUNEWS – Musim kemarau menjadikan pengelola basecamp pendakian Gunung Slamet, harus mengeluarkan biaya tambahan untuk operasional. Sebab, beberapa bulan ini wilayah Dusun Bambangan, Kecamatan Karangreja, Purbalingga mengalami krisis air bersih.
Untuk memfasilitasi kebutuhan para pendaki, pengelola harus membeli air bersih. Sampai saat ini, setidaknya sudah belasan kali pihak pengelola membeli air bersih.
“Hampir dua bulan setengah, memang tidak hujan,” kata pengelola basecamp pendakian Gunung Slamet, via Bambangan, Purbalingga, Saiful Amri, Selasa (05/09/2023).
Pengelola terpaksa harus membeli air bersih, untuk kebutuhan di basecamp pendakian. Sebab, itu sudah menjadi bagian fasilitas dari pengelola bagi pendaki untuk membersihkan badan, gosok gigi, wudhu, dsb.
“Selama kondisi seperti ini, imbauan kami sangat ketat supaya memanfaatkan air sebaik mungkin. Setidaknya, bisa berhemat air,” ujarnya.
Pengelola sudah membeli belasan tangki air, selama musim kemarau ini. Satu tangki berkapasitas 5.000 liter, hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan selama dua hari.
“Beli satu tangki 5.000 liter dengan harga Rp 350 ribu, itu paling buat dua hari,” kata dia.
Saiful menjelaskan, rata-rata pendakian satu hari itu ada 25 sampai 40 orang. Sedangkan saat akhir pekan, bisa mencapai 300 sampai 350 orang pendaki.