Purbalingga, serayunews.com
Para pembatik Purbalingga antusias dalam mengikuti agenda ini. “Motif batik Naga Tapa memang rumit, tapi menarik karena punya nilai sejarah,” kata Lilis, salah satu pembatik.
Motif batik Naga Tapa umumnya membutuhkan waktu pengerjaan hingga empat bulan. Karena itu, Kelas Membatik hanya fokus pada pembuatan motif dan pewarnaan awal. Karena itu, sejumlah pembatik dari berbagai desa, yang mengikuti kelas mengaku ingin membuat motif batik Naga Tapa di rumah masing-masing.
Sebagai informasi motif batik Naga Tapa merupakan salah satu motif batik yang pada era Bupati Purbalingga IX, Aryo Sugondo. Yang memakai hanya kalangan tertentu.
Dulu, yang banyak menggunakan motif Naga Tapa adalah keluarga pegawai pemerintahan. Selain itu, pembuatnya hanya perempuan yang ada di dalam keluarga tersebut.
“Selama ini tidak mudah menemukan batik motif Naga Tapa seperti dalam koleksi buatan 1940-an ini di kalangan umum,” kata kurator Museum Soegarda Poerbakawatja, Anita.
Museum Soegarda Poerbakawatja memiliki satu koleksi kain batik Naga Tapa. Batik itu merupakan hibah dari mantan Bupati Purbalingga, Triyono Budi Sasongko.
“Koleksi adalah benda pribadi milik salah seorang keturunan Dipokusumo IV dan pembuatannya sekitar tahun 1940,” kata Anita.
Kabid Pembinaan Kebudayaan pada Dindikbud Purbalingga, Wasis Andri Wibowo, S.Pd menambahkan, karya batik dari peserta, akan menjadi koleksi museum.
“Dengan pelatihan ini, harapannya akan semakin banyak pembatik Purbalingga yang bisa membuat motif Naga Tapa,” kata Wasis berharap.
“Sementara bagi Museum Soegarda, masyarakat akan semakin mudah ketika ingin mengenal karya budaya leluhur kita,” kata Wasis.