SERAYUNEWS –Sementara sebagian anak menikmati libur kenaikan kelas dengan berlibur atau bermain gawai, bocah-bocah di Desa Panembangan, Cilongok, Banyumas ini, memilih kegiatan yang jauh lebih bermakna. Mereka belajar membuat sriping pisang langsung dari produsen rumahan.
Pagi yang cerah di Sabtu (28/6/2035) itu, suasana berbeda tampak di rumah Rusamsi (50), seorang produsen keripik atau akrab dengan sebulan sriping pisang bagi warga lokal.
Aroma pisang goreng bercampur minyak panas, berpadu dengan tawa anak-anak yang berkumpul di dapur rumahnya.
Mereka terdiri dari pelajar SD hingga SMP yang memanfaatkan waktu libur untuk belajar membuat camilan khas ini. Mulai dari mengupas pisang, mengiris tipis, menggoreng, hingga mengemas.
“Awalnya susah, tapi seru! Seneng juga karena rame-rame sama teman,” ujar Raditya Alfairus, siswa kelas 5 SD yang akrab dengan sapaan Adit.
Alih-alih bermain gadget, Adit justru ikut bantu produksi keripik bersama teman dan keluarganya. Aktivitas ini memberi pengalaman langsung sekaligus membangun kedekatan antar-anak.
Kegiatan ini tidak bersifat formal seperti kursus, tetapi justru penuh canda tawa. Rusamsi dengan sabar membimbing setiap anak mulai dari teknik mengiris, menggoreng, hingga menambahkan rasa seperti cokelat atau keju.
“Liburan ini saya bantu mulai dari packing sampai menambahkan rasa. Biasanya tinggal makan, sekarang tahu proses panjangnya,” kata Finisha Sekar, siswi kelas 7 SMP.
Anak-anak pun mulai memahami bahwa sebuah produk tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan kerja sama dan ketelatenan.
Bagi Rusamsi, kegiatan ini adalah cara menanamkan nilai-nilai wirausaha sejak dini. Ia tidak hanya mengenalkan anak-anak pada kearifan lokal, tetapi juga memberi ruang tumbuh bagi mentalitas kerja dan kreativitas.
“Daripada libur main HP terus, saya ajak mereka bantu produksi. Alhamdulillah, pesanan sriping terus meningkat. Mereka juga bisa ikut merasakan proses produksi dari awal sampai jadi,” katanya.
Anak-anak yang terlibat berasal dari berbagai latar belakang, termasuk keponakan dari Tangerang dan Cilacap, serta anak-anak tetangga sekitar.
Saat hari menjelang sore, tangan-tangan mungil itu pulang membawa lebih dari sekadar bungkusan sriping. Mereka membawa cerita, keterampilan baru, dan kebanggaan karena telah membuat sesuatu sendiri.
Kegiatan ini menjadi pelajaran hidup sederhana, tentang kerja keras, kesabaran, tanggung jawab, serta makna kebersamaan dalam keluarga dan lingkungan.
Dengan kegiatan seperti ini, liburan sekolah tidak hanya menjadi jeda dari pelajaran. Tapi juga momen untuk belajar kehidupan secara nyata—mulai dari dapur rumah di desa, dengan tangan sendiri, dan hati yang riang.