Advertisement
Advertisement
Cilacap, serayunews.com
Bagaimana tidak, dalam sebulan dirinya mampu meraup omzet mencapai 40 juta rupiah. Jauh sebelum itu, atau pada saat awal mendirikan bisnis, berbagai macam rintangan dan hambatan telah dilaluinya. Bahkan omzet yang hanya 100 ribu dalam sehari pun pernah ia rasakan.
Di sisi lain, ada sekelumit kisah menarik dari hidupnya ini, lantaran ia kerap dijuluki “Katar” oleh teman-temannya. Bukan tanpa sebab, namun karena memang dirinya pernah tinggal di negeri timur tengah itu selama 9 tahun, lantaran harus mengikuti tugas orang tua.
“Saya lahir di Cilacap, kemudian umur 1 bulan diboyong ke Qatar sampai umur 9 tahun, karena orang tua pindah tugas. Lalu pulang Indonesia atau tetapnya pindah ke Bandung sampai lulus SMP. Kemudian pindah lagi ke Cilacap sampai lulus SMA dan setelahnya ke Jogja untuk kuliah,” kata Charfadz kepada serayunews.com, Kamis (5/8/2021).
Pemuda kelahiran 8 Maret tahun 2000 ini menceritakan, di awal berkuliah sampai dengan semester 5, ia jalani seperti mahasiswa pada umumnya. Pergi kuliah, berorganisasi, bermusik, mendaki gunung, bahkan mengikuti berbagai perhelatan e-sports.
Namun, lambat laun dirinya merasa jenuh dengan aktivitas yang hanya itu-itu saja. Di sisi lain, ia juga telah rampung menyelesaikan teori kuliahnya. Sehingga ia memberanikan diri untuk mencoba peruntungan baru dengan menjajal bisnis coffee shop.
Berbisnis coffee shop dipilih lantaran dirinya juga merupakan pecinta kopi. Selain itu, kota Yogyakarta yang dipenuhi para pelajar, dinilai memiliki pangsa pasar tersendiri. Bahkan meminum kopi sudah menjadi gaya hidup di sana.
Namun, nyatanya ia langsung dihadapkan dengan permasalahan yang cukup berat, yakni kurangnya modal untuk membangun usahanya itu. Tak kurang akal, ia lalu mengajak dua temannya untuk bergabung membangun bisnis.
“Awalnya banyak yang meremehkan, meragukan kemampuan saya. Tapi saya memiliki tekad untuk hidup mandiri, bahkan sejak SMA saja sudah ingin membangun bisnis. Namun baru kesampaian saat kuliah semester 6, karena berbagai pertibangan,” tuturnya.
Berbekal jaringan dan banyaknya teman di berbagai kampus, membuat bisnisnya ini berkembang cepat, yang awalnya hanya beromzet 100 hingga 200 ribu per hari. Namun hanya dalam waktu setahun, omzetnya kini sudah mencapai 750 ribu hingga 2 juta rupiah per hari.
“Alhamdulilah walaupun ini pandemi namun bisa berkembang. Kendala pada saat awal branding dan promosi ke teman-teman, setelahnya memang menjadi tampat nongkrong teman kampus. Bahkan anak-anak Cilacap juga nongkrong di sini,” ujarnya.
Baginya, konsisten dalam menjaga kualitas merupakan yang terpenting. Selain itu, manajerial yang baik dan selalu berdiskusi dengan rekan bisnis, juga menjadi hal yang tak bisa dipisahkan.
“Mental juga harus kuat. Kita (anak muda) biasanya lemah di mentalnya, gampang nyerah dan yang tidak kalah penting yaitu harus terus belajar, karena itu sangat berguna,” jelasnya.
Charfadz juga menyarankan, untuk anak muda yang ingin memulai bisnis, harus dipikirkan secara matang. Lalu jangan memilih bisnis yang berisiko tinggi, namun jangan pula sampai menunda konsep yang sudah dimulai.
“Pikirkan sebentar lalu eksekusi, jangan pikir panjang lagi. Jika pun gagal, berarti kita tahu kemampuan kita. Kemudian recovery dan mulai lagi, daripada tidak melakukan apapun malah percuma,” pungkasnya.