Hal itu karena nama asrama Aceh yang menjadi tempat upacara, juga diberi nama pahlawan berjuluk Singa Betina itu.
Sebelumnya, Ganjar mendapat informasi, bahwa Pocut Meurah Intan meninggal di Blora dan dimakamkan di sana. Ia dimakamkan di makam Desa Tegalsari Blora. Dan dari informasi yang didapatkannya, makam Pocut Meurah Intan kurang terawat.
Ketika selesai upacara Ganjar mengajak para mahasiswa Aceh untuk datang ke Blora. Selain ziarah, Ganjar mengajak mahasiswa itu gotong royong merawat makam Pocut Meurah Intan.
“Iya saya dengar informasi, ada pejuang perempuan dari Aceh yang dibuang sampai ke Blora dan meninggal di sana. Saya ingat beliau saat masuk ke sini, karena asrama mahasiswa Aceh ini dikasih nama beliau,” katanya.
Menurut informasi, makam Pocut Meurah Intan saat ini tidak terlalu terawat. Hal ini disayangkan, karena ia adalah orang hebat.
Untuk itu, ia mengajak mahasiswa Aceh untuk datang ke Blora dalam waktu dekat. Tujuannya untuk berziarah sekaligus gotong royong membersihkan dan merawat makam itu.
“Ternyata kawan-kawan mahasiswa Aceh ada yang pernah ke sana dan melihat kondisinya. Memang kurang terawat. Maka saya akan ajak mereka untuk bersama-sama datang, kita bersih-bersih dan merawatnya. Saya ajak mereka biar merasa memiliki,” ucapnya.
Tidak hanya mahasiswa Aceh, Ganjar juga mengajak mahasiswa daerah lain yang ikut dalam forum tersebut membantu. Siapapun mereka, dari daerah manapun bisa bergabung dalam kegiatan itu.
“Siapapun mahasiswa nanti yang mau ikut, mau bersama-sama bersih-bersih dan merawat diperbolehkan. Nanti kalau perlu saya yang bangun,” pungkasnya.
Ajakan ini tentu saja disambut antusias oleh para mahasiswa dan pelajar Aceh di Semarang. Mereka mengatakan tidak sabar untuk bersama-sama datang ke makam Pocut Meurah Intan untuk melakukan perawatan.
“Kami tentu sangat antusias dan tidak sabar untuk itu. Kami senang sekali diajak, pasti kami support. Karena memang, kondisi makamnya tidak terawat, banyak daun-daun di atasnya,” kata Ketua Ikatan Pelajar Aceh Semarang, Ahmad Jihan Muzakki.
Dirinya juga sangat mengapresiasi Ganjar yang mengajak mahasiswa Aceh merawat makam Pocut Meurah Intan. Tidak hanya merawat, Ganjar bahkan ingin membangun makamnya agar lebih layak.
“Tentu itu hal yang luar biasa bagi kami. Pak Ganjar bukan orang Aceh, tapi mau untuk merawat makam pahlawan Indonesia, khususnya pahlawan dari Aceh. Tentu kami sangat senang dan bangga sekali,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, Pocut Meurah Intan adalah pejuang perempuan Aceh selain Cut Nyak Dien dan Cut Meutia. Semasa hidup, ia dikenal garang saat berjuang memimpin pasukan gerilya melawan penjajah. Karena keberanian kegarangannya itu, dia mendapat julukan Singa Betina dari Belanda.
Pocut Meurah Intan dibuang ke Blora Jateng oleh Belanda pada tahun 1905. Di sana, Pocut Meurah Intan dikenal masyarakat dengan nama Mbah Tjut.
Pocut Meurah Intan meninggal di usia sekitar 105 tahun. Ia dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Tegalsari Kabupaten Blora pada 1937.