SERAYUNEWS – Lebaran selalu identik dengan berbagai tradisi yang khas, salah satunya adalah kehadiran ketupat di meja makan.
Hidangan berbentuk unik ini bukan sekadar makanan pelengkap, melainkan juga memiliki makna filosofis mendalam dalam budaya masyarakat Indonesia.
Lalu, bagaimana sejarah ketupat hingga menjadi simbol Lebaran? Apa makna yang terkandung di dalamnya? Yuk, bahas lebih lengkap!
Ketupat bukan sekadar hidangan, melainkan bagian dari warisan budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Sejarah mencatat bahwa tradisi membuat dan menyajikan ketupat saat Lebaran diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa pada abad ke-15.
Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai bagian dari dakwah Islam dengan memperkenalkan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Lebaran adalah perayaan Idulfitri setelah sebulan berpuasa, sementara Bakda Kupat seminggu setelahnya dengan membagikan ketupat kepada tetangga dan keluarga sebagai simbol kebersamaan dan silaturahmi.
Tradisi ini kemudian berkembang ke berbagai daerah di Nusantara, menjadikan ketupat sebagai hidangan khas yang selalu hadir di momen Lebaran hingga saat ini.
Ketupat tidak hanya soal rasa, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam, terutama dalam ajaran Islam dan budaya Jawa. Berikut beberapa makna simbolis dari ketupat.
1. Simbol Kesucian dan Pengampunan
Ketupat yang terbungkus janur melambangkan kesucian dan kebersihan hati. Dalam Islam, Idulfitri adalah momen di mana umat Muslim kembali ke fitrah setelah berpuasa selama sebulan penuh.
Seperti ketupat yang terbungkus rapi, manusia juga harus menjaga hati dan pikiran tetap bersih.
2. Simbol Kesalahan dan Pengampunan
Bahasa Jawa menyebut ketupat sebagai kupat, yang berasal dari kata ngaku lepat, yang berarti mengakui kesalahan.
Oleh karena itu, ketupat menjadi simbol permohonan maaf dan ajakan untuk saling memaafkan, sesuai dengan tradisi Lebaran yang erat dengan silaturahmi dan saling bermaafan.
3. Simbol Keberagaman dan Kebersamaan
Ketupat terbuat dari anyaman janur yang saling terkait, melambangkan keterikatan antar sesama manusia.
Hidangan ini juga sering tersajidalam jumlah banyak dan dibagikan ke tetangga dan kerabat, mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong dalam budaya Indonesia.
4. Simbol Rezeki dan Keberkahan
Bentuk ketupat segi empat menyerupai pola anyaman yang padat, melambangkan keberlimpahan rezeki dan berkah setelah menjalankan ibadah puasa.
Hal ini sesuai dengan harapan bahwa setelah Ramadan, umat Muslim mendapatkan berkah dan keberkahan dalam kehidupannya.
Meskipun identik dengan Lebaran, ketupat juga memiliki variasi di berbagai daerah di Indonesia.
– Ketupat Lebaran
Bentuk segi empat dengan anyaman janur yang padat, biasanya tersaji dengan opor ayam atau rendang. Ini merupakan jenis ketupat yang umumnya ada di Indonesia.
– Ketupat Kandangan (Kalimantan Selatan)
Ini biasa terhidagn dengan kuah santan dan ikan haruan (gabus) khas Banjar.
– Ketupat Glabed (Tegal, Jawa Tengah)
Biasanya, ketupat tersaji dengan kuah kental berbumbu khas yang disebut glabed.
– Ketupat Betawi
Ini sering menjadi pelengkap dalam hidangan sayur godog khas Betawi.
– Lepet (Jawa dan Sumatra)
Mirip ketupat tetapi menggunakan beras ketan dan kacang-kacangan, lepet lebih lengket sertabertekstur pulen.
Ketupat bukan sekadar makanan khas Lebaran, melainkan juga memiliki makna filosofis yang dalam dan sejarah panjang dalam budaya Indonesia.
Dari simbol kesucian, pengampunan, hingga keberkahan, ketupat menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Idulfitri.
Jadi, saat menikmati ketupat di hari Lebaran, kita tidak hanya menikmati cita rasa yang lezat tetapi juga memahami nilai-nilai di dalamnya. Selamat menikmati ketupat. Selamat Idulfitri!***