SERAYUNEWS- Ketupat, hidangan khas yang selalu hadir saat perayaan Idul Fitri di Indonesia, tidak hanya memiliki makna filosofis mendalam.
Namun, ketupat juga dikelilingi oleh berbagai mitos yang berkembang di berbagai daerah.
Mitos-mitos ini sering kali berkaitan dengan kemampuan menganyam ketupat dan implikasinya dalam kehidupan sosial masyarakat.
Berikut beberapa mitos tentang menganyam ketupat dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain mitos-mitos tersebut, ketupat juga memiliki makna filosofis yang mendalam dalam budaya Indonesia.
Bentuk segi empat ketupat mencerminkan prinsip kiblat papat lima pancer, yang berarti bahwa ke mana pun manusia pergi, mereka akan selalu kembali kepada Tuhan.
Anyaman ketupat yang rumit melambangkan kompleksitas kesalahan manusia, sementara warna putih ketupat setelah terbelah mencerminkan kesucian dan kebersihan hati setelah memohon ampunan.
Di Kepulauan Riau, terdapat kepercayaan bahwa seorang perempuan yang mampu menganyam ketupat berarti sudah siap untuk menikah.
Kemampuan ini merupakan indikator bahwa ia telah memiliki keterampilan domestik untuk berumah tangga.
Sebaliknya, jika seorang perempuan belum mampu menganyam ketupat, berarti belum layak untuk menikah karena khawatirnya belum mampu mengurus keluarga dengan baik.
Di Indramayu, Jawa Barat, berkembang mitos yang cukup unik dan menakutkan. Masyarakat setempat percaya bahwa jika seseorang, terutama perempuan, tidak bisa membuat ketupat, maka ia akan mengalami gangguan dari makhluk halus.
Salah satu bentuk gangguan yang diceritakan adalah tangan orang tersebut akan dibawa oleh hantu buta, makhluk halus dalam kepercayaan lokal.
Mitos ini mendorong banyak perempuan muda untuk belajar menganyam ketupat sejak dini agar terhindar dari gangguan tersebut.
Di beberapa daerah di Jawa, ketupat tidak hanya menjadi hidangan khas lebaran, tetapi juga memiliki fungsi spiritual sebagai penolak bala.
Masyarakat setempat sering menggantung ketupat di daun pintu rumah mereka dengan keyakinan bahwa hal tersebut dapat menolak hal-hal buruk dan melindungi penghuni rumah dari mara bahaya.
Tradisi ini menunjukkan betapa ketupat memiliki peran penting tidak hanya dalam aspek kuliner. Namun, ini juga berperan dalam kepercayaan dan praktik spiritual masyarakat Jawa.
Di Barabai, Kalimantan Selatan, ketupat ada dalam ritual tolak bala. Dalam tradisi ini, para lelaki memanjatkan doa sambil mengonsumsi ketupat dengan kuah dan lauk dalam satu wadah.
Praktik ini mencerminkan kepercayaan bahwa ketupat memiliki kekuatan untuk menolak energi negatif dan membawa keberkahan bagi masyarakat setempat.
Secara umum, di beberapa komunitas, terdapat mitos bahwa perempuan yang tidak memiliki kemampuan menganyam ketupat akan menghadapi kehidupan penuh dengan kesulitan dan beban berat.
Kepercayaan ini menekankan pentingnya keterampilan menganyam ketupat. Ini merupakan bagian dari kesiapan seorang perempuan dalam menghadapi tantangan hidup dan peran dalam keluarga.
Mitos-mitos dan makna filosofis ini menunjukkan betapa ketupat lebih dari sekadar hidangan lebaran. Ia merupakan simbol budaya yang kaya akan nilai dan tradisi di berbagai daerah di Indonesia.
Demikian informasi tentang mitos tentang menganyam ketupat di berbagai daerah. Semoga bermanfaat.***(Ika Sriani)