SERAYUNEWS – Presiden Joko Widodo resmi melantik Erick Thohir sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menggantikan Dito Ariotedjo pada Rabu, 17 September 2025, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 96P Tahun 2025.
Pergantian ini menjadi bagian dari reshuffle Kabinet Merah Putih yang dinilai strategis, mengingat sektor kepemudaan dan olahraga tengah berada dalam sorotan publik usai rentetan capaian dan tantangan besar dalam dua tahun terakhir.
Lantas, mengapa Erick Thohir yang dipilih? Berikut penelusuran data rekam jejak, posisi strategis, dan modal politik yang membuatnya dianggap tepat menakhodai Kemenpora.
Data dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Juni 2025 mencatat, Erick Thohir masuk dalam tiga besar menteri dengan tingkat kepercayaan publik tertinggi (72%).
Ia juga dikenal memiliki hubungan dekat dengan Presiden Joko Widodo, terutama sejak dipercaya sebagai Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018.
Keterlibatannya dalam tim sukses pemenangan Pemilu 2019 dan 2024 memperkuat jejaring politiknya di kalangan partai-partai koalisi pemerintah.
Hal ini membuatnya dianggap mampu menavigasi koordinasi lintas kementerian dan lembaga, yang kerap menjadi hambatan dalam pengembangan sektor olahraga nasional.
Menurut data Bappenas 2024, ada 64,2 juta pemuda usia 16–30 tahun di Indonesia (23% populasi). Sementara itu, laporan Kemenpora 2024 mencatat:
Dengan beban tersebut, Presiden disebut membutuhkan figur yang bukan hanya memahami teknis olahraga, tapi juga memiliki manajerial kuat dan akses ke sumber daya lintas sektor, sesuatu yang dimiliki Erick dari latar belakang bisnis dan birokrasi BUMN.
Dari hasil penelusuran rekam jejak dan data publik, terdapat tiga alasan utama Erick Thohir dipandang tepat menjadi Menpora:
Penunjukan Erick Thohir menandai pergeseran orientasi Kemenpora dari sekadar pembinaan ke arah penguatan ekosistem olahraga dan pemberdayaan pemuda berbasis data dan investasi.
Tugasnya tidak ringan: membenahi fasilitas, meningkatkan kompetensi atlet, hingga menciptakan lapangan kerja dan ruang partisipasi kreatif bagi jutaan pemuda.
Dengan modal manajerial, jejaring politik, dan pengalaman organisasi yang dimiliki, Erick kini ditantang membuktikan bahwa ia bukan sekadar simbol, tapi agen perubahan nyata di bidang kepemudaan dan olahraga Indonesia.