Beberapa hari lalu, saya mendengar ceramah KH Bahauddin Nursalim atau yang beken disebut Gus Baha di salah satu media sosial. Dalam kesempatan ceramah itu, Gus Baha menceritakan guyonan terkait Covid-19. Namun, guyonan ini tak semata hanya guyonan. Ada pesan yang menurut saya ingin disampaikan.
Gus Baha bercerita bahwa di beberapa tempat ada orang yang memang tak paham dengan situasi terkini. Mereka juga tak paham dengan Covid-19. Bagi yang terbiasa hidup dengan lingkungan yang akrab dengan informasi, maka cerita Gus Baha ini hampir tidak mungkin.
Namun, bagi mereka yang hidup di lingkungan yang tak akrab dengan informasi, cerita Gus Baha ini sangat mungkin terjadi. Nah, diceritakan Gus Baha bahwa orang yang tak paham Covid-19 itu diberi bantuan penanggulangan Covid-19.
“Mbah, ini bantuan Covid,” kata si pemberi bantuan. Tentu saja maksud pernyataan itu adalah bahwa bantuan dari pemerintah tersebut terkait untuk menanggulangi dampak Covid-19 dalam bidang ekonomi.
Namun, jawaban si penerima ini unik, karena dia tak paham apa itu Covid-19. Selayaknya orang yang diberi, maka dia pun memberi ucapan dan doa terbaik pada yang memberi. Parahnya, si penerima bantuan ini memahami bahwa yang memberi bantuan padanya adalah Covid-19.
“Terima kasih pemberiannya. Semoga Covid berumur panjang,” begitu jawaban dari mbah si penerima Covid-19.
Jawaban dari si penerima bantuan itu adalah sebentuk jawaban yang bisa membuat tertawa. Sebab, ucapan terima kasih itu malah dibarengi agar pandemi tak berlalu karena dia berharap Covid-19 berumur panjang.
Namun, dari cerita Gus Baha itu, setidaknya ada pesan yang ingin disampaikan. Bahwa, tanpa pengetahuan yang memadai, sesuatu bisa menjadi salah kaprah. Maksud baik, tapi tanpa pengetahuan yang memadai malah bisa jadi bumerang.
Ketidakpaham tentang sesuatu saya pikir tidak hanya terbatas pada Covid-19 saja. Namun, pada banyak hal. Yang parah adalah ketika mereka yang tak paham ini jauh lebih sering bersuara di dunia maya. Misalnya, tak paham hukum bicara tentang hukum, ada argument pula. Misalnya saja tak paham sepak bola, asal komentar dan menyudutkan saja.
Maka saya menangkap bahwa memahami sesuatu itu perlu. Jika tak paham, maka lebih baik menahan diri. Sebab, semakin tak paham dan semakin banyak bicara, akan memunculkan masalah yang mengular ke mana-mana. Akan makin rumit jadinya.
Maka pesan yang bisa diambil adalah bagaimana belajar memahami sesuatu. Jika pun tidak memahami, maka perlu menahan diri. Jangan sampai niatnya baik tapi salah alamat karena tak paham, seperti cerita yang diungkapkan Gus Baha di atas.