SERAYUNEWS – Pernahkah Anda mendengar tentang Purwokerto? Ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini menyimpan banyak pesona, terutama dalam keberagaman budaya dan bahasa.
Mari kita jelajahi bersama, mulai dari asal-usul nama hingga kekayaan budaya ngapak yang khas.
Tahukah Anda dari mana asal nama Purwokerto? Menurut Prof Sugeng Priyadi dalam jurnal “Sejarah Kota Purwokerto”, nama ini berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa kuno: ‘Purwo’ dan ‘Kerta’.
‘Purwo’ berarti permulaan atau bagian depan, sedangkan ‘Kerta’ bermakna yang dilaksanakan atau sedang berkembang. Jadi, secara harfiah, Purwokerto berarti “disusun pada waktu permulaan”.
Namun, secara etimologis, penyebutan yang tepat sebenarnya adalah Purwakerta atau Purwakarta. Perubahan menjadi Purwokerto terjadi karena alasan sejarah dan adanya kota lain bernama Purwakarta di Jawa Barat.
Ini adalah salah satu contoh bagaimana sejarah dan kebudayaan bisa memengaruhi penamaan suatu tempat.
Beralih ke topik bahasa, Anda mungkin penasaran dengan dialek apa yang digunakan di Purwokerto. Masyarakat Purwokerto menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan atau yang dikenal dengan istilah ngapak.
Bahasa ngapak ini memiliki keunikan tersendiri. Misalnya, pengucapan yang lebih lugas dan keras dibandingkan dialek Jawa lainnya.
Ini adalah bagian dari identitas yang membuat masyarakat Purwokerto bangga. Bahkan, ada berbagai versi kamus bahasa Banyumasan yang dibuat untuk melestarikan dialek ini.
Tidak hanya bahasanya, budaya ngapak juga mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari di Purwokerto.
Anda bisa menemukan seni pertunjukan tradisional seperti wayang kulit, ludruk, dan tari-tarian yang semuanya menggunakan dialek ngapak. Menarik bukan?
Selain itu, Purwokerto memiliki alat musik khas yang disebut kentongan atau musik thek-thek.
Kentongan dimainkan oleh 20-40 orang dengan alat musik bambu yang bernada seperti calung. Ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya ngapak yang tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Menghadapi tantangan zaman dan globalisasi, bagaimana nasib budaya ngapak? Jangan khawatir, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan.
Pemerintah setempat, lembaga pendidikan, dan komunitas masyarakat berkolaborasi untuk menjaga agar budaya ini tetap lestari.
Acara budaya, pelatihan bahasa, hingga pengajaran budaya lokal di sekolah-sekolah adalah beberapa bentuk promosi yang dilakukan.
Semua ini dilakukan karena budaya ngapak bukan hanya bagian dari identitas masyarakat Purwokerto, tetapi juga warisan budaya yang harus dijunjung tinggi dan dilestarikan.
Nah, bagaimana pendapat Anda setelah mengetahui lebih banyak tentang Purwokerto dan budaya ngapak? Kami harap Anda semakin tertarik untuk mengenal dan mungkin berkunjung ke Purwokerto.***(Wilujeng Nurani)