SERAYUNEWS- Nama Rayyan Arkan Dhika, bocah 11 tahun asal Desa Pintu Gobang Kari, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, tengah jadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.
Aksinya menari dengan lincah di ujung perahu Pacu Jalur membuatnya viral dan berhasil mencuri perhatian publik, baik nasional maupun internasional. Saat ini Rayyan Arkan Dhika banyak dapat undangan ke agenda besar.
Salah satunya dalam Closing Ceremony Piala Presiden 2025 di Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung. Dalam video yang beredar, Dhika yang akrab disapa Coki terlihat penuh percaya diri menari di atas perahu buatan.
Gaya menarinya yang energik sambil menjaga keseimbangan, khususnya saat di perahu pacu jalur, memunculkan tren baru di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, yaitu “Aura Farming.”
Ini istilah gaul yang menggambarkan seseorang yang memancarkan pesona dan karisma maksimal di depan umum. Fenomena ini kemudian menginspirasi banyak tokoh dunia, termasuk pesepak bola Achraf Hakimi, Neymar, hingga bintang American Football, Travis Kelce.
Aksi Dhika juga memikat para pesohor Tanah Air, seperti Luna Maya hingga Wakil Presiden Gibran Rakabuming. Lalu siapa sebenarnya sosok Rayyan Arkan Dhika? Berikut kami sajikan ulasan selengkapnya:
Rayyan Arkan Dhika memulai kiprahnya di Pacu Jalur sejak usia 9 tahun. Ia menempati posisi Togak Luan, penari yang berada di haluan perahu, yang memiliki peran penting dalam menjaga semangat dan keseimbangan tim pendayung.
Kemampuannya menari bukan datang tiba-tiba. Ia mewarisi bakat dari ayahnya, Jufriono, seorang mantan atlet Pacu Jalur, dan pamannya yang juga pelaut jalur.
Kesehariannya tetap sederhana. Ia bersekolah di SD Negeri 013 Pintu Gobang Kari dan suka bermain di sungai bersama teman-temannya.
Namun, berkat konsistensinya melestarikan budaya, Rayyan kini menyandang gelar Duta Wisata Riau yang langsung diberikan oleh Gubernur Abdul Wahid pada 8 Juli 2025.
Sebagai bentuk penghargaan, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga memberikan beasiswa pendidikan senilai Rp20 juta kepada Dhika. Langkah ini dianggap sebagai upaya mendorong generasi muda agar mencintai dan melestarikan budaya lokal.
Tren menari ala Dhika dengan karisma maksimal disebut sebagai Aura Farming, istilah yang memadukan kata “aura” (pesona seseorang) dan “farming” (upaya berulang untuk mendapatkan hasil maksimal seperti dalam permainan video).
Joget ini kini menjadi simbol baru ekspresi budaya anak muda Indonesia. Tren tersebut semakin melambung ketika Dhika diundang ke Kementerian Pariwisata.
Di hadapan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Wamenpar Niluh Puspa, dan Bupati Kuansing Suhardiman Amby (Datuk Panglimo Dalam), Dhika memimpin langsung tarian Aura Farming khas Pacu Jalur.
“Festival Pacu Jalur telah menjadi bagian penting dari Karisma Event Nusantara (KEN) sejak 2022 dan bahkan masuk dalam Top 10 dari 110 event KEN tahun 2024,” ujar Menteri Widiyanti.
Pemerintah pun memberikan dukungan penuh melalui penguatan promosi serta infrastruktur demi menjaga keberlanjutan Festival Pacu Jalur yang telah berlangsung sejak abad ke-17.
Dalam wawancara singkat yang viral, Dika dengan polos menjawab berbagai pertanyaan. Ketika ditanya lebih takut kalah atau tercebur, ia menjawab mantap, “Kalah.”
Ia juga menyebut jajanan favoritnya adalah “sosis nugget”, dan mengatakan ingin menjadi atlet Pacu Jalur saat dewasa nanti. Tepian favoritnya? “Tepian Narosa,” jawabnya tegas, merujuk lokasi ikonik festival di Teluk Kuantan.
Meski telah viral dan menginspirasi dunia, Dika tetaplah bocah desa yang membanggakan. Sosoknya kini menjadi simbol regenerasi budaya, membuktikan bahwa anak-anak pun mampu membawa warisan tradisional menuju panggung dunia.
Pacu Jalur merupakan lomba dayung tradisional khas Kabupaten Kuantan Singingi, yang telah ada sejak abad ke-17. Dahulu, jalur (perahu panjang) digunakan sebagai sarana transportasi masyarakat di Sungai Batang Kuantan.
Kini, festival ini berkembang menjadi ajang kompetisi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi magnet pariwisata dan ekonomi daerah.
Keikutsertaan Rayyan Arkan Dhika dalam Pacu Jalur menghidupkan semangat baru dalam pelestarian budaya. Lewat joget dan pesonanya, ia tidak hanya menari di atas perahu, tetapi juga di hati masyarakat Indonesia dan dunia.
Rayyan bukan sekadar penari cilik di ujung jalur ia adalah wajah baru warisan budaya Indonesia yang kini mendunia.