SERAYUNEWS- Pembalap Ducati Lenovo Marc Marquez kembali menunjukkan dominasinya di lintasan MotoGP, di Sirkuit Sachsenring, Minggu, 13 Juli 2025.
Tak hanya tampil luar biasa, dia itu juga mencuri perhatian dengan selebrasi unik bertema “aura farming”, gaya khas yang terinspirasi dari tradisi Pacu Jalur asal Riau, Indonesia.
Marquez tampil sempurna sejak awal balapan. Start dari posisi terdepan, ia langsung melesat meninggalkan para pesaingnya.
Saat rival-rivalnya seperti Fabio Di Giannantonio, Marco Bezzecchi, dan Pedro Acosta mengalami insiden dan terjatuh, Marquez tetap tenang dan konsisten menjaga ritme balapnya.
Ia melintasi garis finis dengan keunggulan lebih dari 4 detik dari sang adik, Alex Marquez, yang berada di posisi kedua. Francesco Bagnaia melengkapi podium di posisi ketiga.
Kemenangan ini menjadi yang ke-7 bagi Marquez di musim MotoGP 2025, dan semakin mengukuhkan posisinya di puncak klasemen. Namun, bukan hanya performa balapnya yang membuat gempar.
Marquez melakukan selebrasi unik setelah finis—ia berdiri di atas motornya dan menirukan gaya joget “aura farming”, yang sedang viral di media sosial.
Gaya selebrasi ini awalnya dipopulerkan oleh Rayyan Arkan Dhika, bocah 11 tahun asal Riau, yang viral karena aksi menarinya di ujung perahu Pacu Jalur. Aksi Dhika mencerminkan kepercayaan diri dan pesona luar biasa—istilah yang oleh generasi muda disebut “aura farming”.
Marquez, yang dikenal cerdik dalam menciptakan momen ikonik, tampaknya ikut tersihir tren budaya Indonesia tersebut. Ia menghentikan motornya di tikungan ikonik Sachsenring, membuka helm, lalu berdiri sambil bergaya bak Rayyan Dhika di atas Desmosedici GP25.
Kemenangan ini terasa sangat istimewa bagi Marquez. Sachsenring merupakan sirkuit legendaris bagi dirinya, tempat ia pernah merajai lintasan selama 11 kali berturut-turut di semua kelas sebelum performanya menurun akibat cedera.
Kini, ia kembali mengukuhkan statusnya sebagai “raja Sachsenring” lewat kemenangan telak yang penuh makna.
“Marc hari ini seperti sedang bercocok tanam di tengah badai. Semua tumbang, dia tetap tumbuh,” tulis salah satu komentator MotoGP asal Spanyol, menggambarkan bagaimana ketangguhan Marquez saat pembalap lain berguguran.
Gaya “aura farming” kini bukan lagi sekadar tren lokal. Dari Sungai Batang Kuantan di Riau, tren ini telah menjalar ke lintasan MotoGP dunia.
Selebrasi Marquez menunjukkan bahwa ekspresi budaya lokal Indonesia mampu menembus batas negara dan menggema di panggung olahraga internasional.
Tren ini juga mempertegas betapa kuatnya pengaruh budaya anak muda Indonesia dalam membentuk narasi global.
Dari bocah desa bernama Rayyan Dhika, hingga ikon MotoGP sekelas Marc Marquez “aura farming” telah menjadi simbol kepercayaan diri, ketangguhan, dan pesona yang tak terbantahkan.
Selebrasi Marquez bukan sekadar gaya, melainkan penghormatan tak langsung terhadap budaya Indonesia. Kementerian Pariwisata RI menyambut positif aksi tersebut sebagai bentuk pengakuan internasional terhadap kekayaan budaya Nusantara.
“Ini adalah momen luar biasa. Ketika budaya daerah seperti Pacu Jalur menginspirasi dunia, kita semua patut bangga,” ujar salah satu pejabat dari Kemenparekraf.
Dengan semakin banyak tokoh dunia meniru gaya joget ala Rayyan Dhika, budaya lokal Indonesia kembali mendapat tempat di panggung global. Dan kali ini, lintasan balap menjadi panggungnya.
Marc Marquez mungkin menang di Sachsenring, tetapi Rayyan Arkan Dhika dan budaya Pacu Jalur-lah yang benar-benar mencuri hati dunia.