SERAYUNEWS- Kementerian Agama Republik Indonesia mencatat, dari sekitar 70 juta penduduk Indonesia yang memasuki usia menikah, terdapat 34,6 juta yang menikah namun tak tercatat.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, mengungkapkan ada penurunan jumlah pencatatan pernikahan resmi di Indonesia.
Data 2025 menunjukkan 1,5 juta pasangan menikah secara resmi, namun jumlah pernikahan yang tidak tercatat jauh lebih besar.
“Dari sekitar 70 juta penduduk Indonesia yang memasuki usia menikah, ada 34,6 juta yang menikah tapi tidak tercatat. Nikah siri sah secara agama, tapi tidak tercatat di bumi sehingga istri dan anak tidak terlindungi secara hukum,” jelas Abu Rokhmad dalam keterangan di laman Kemenag.
Ia menekankan pentingnya pencatatan nikah demi perlindungan hukum bagi pasangan dan keturunannya. “Kami ingin pernikahan tercatat di langit dan di bumi,” tambahnya.
Acara yang digelar Ditjen Bimas Islam Kemenag ini bukan hanya seremonial, melainkan juga membuka ruang kolaborasi riset, edukasi, dan dakwah.
Program ini telah digelar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Alauddin Makassar, serta menjadi bagian dari rangkaian Blissful Mawlid dengan tema Membumikan Shalawat, Merawat Jagat.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat, menegaskan acara ini mempertemukan mahasiswa dengan ulama, akademisi, hingga influencer keagamaan.
“Kita ingin isu agama tidak hanya dipahami secara tekstual, tapi dikaitkan dengan problem lingkungan, sosial, dan kemanusiaan,” ujarnya.
Untuk mengurangi beban pasangan muda, Bimas Islam menghadirkan program Nikah Fest di Masjid Istiqlal. Program ini memfasilitasi pasangan yang ingin menikah namun terkendala biaya.
“Ada 100 pasangan yang menikah melalui program ini. Bahkan BAZNAS ikut membantu biaya usaha pasca menikah,” kata Arsad.
Tak hanya itu, Bimas Islam juga menggandeng masjid travelers dan influencer guna menyebarkan konten positif tentang masjid di media sosial. Dengan dukungan kampus seperti UI, gerakan ini diharapkan semakin kuat dan mengakar.
Arsad menegaskan, mahasiswa diharapkan tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap isu sosial, lingkungan, dan keagamaan.
“Inilah bentuk ikhtiar menjaga generasi muda agar siap membangun keluarga sakinah,” pungkasnya.