
SERAYUNEWS – Aliansi BEM Nusantara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah merampungkan Temu Daerah dan Seminar Nasionalnya.
Acara yang diselenggarakan di Institut Teknologi Yogyakarta (ITY) pada Jumat, 28 November 2025, menghasilkan keputusan penting.
Pasalnya, Muhammad Miftahun Ni’am ditetapkan sebagai Koordinator Daerah BEM Nusantara DIY untuk periode 2025–2026.
Ni’am merupakan putra daerah asal Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah.
Kegiatan tersebut mengusung tema relevan dengan dinamika terkini, yaitu “Kepemimpinan Pemuda di Era AI: Membongkar Hegemoni Digital, Merumuskan Digital Resistance, dan Mengukur Kedaulatan Moral Gerakan Mahasiswa.”
Forum ini menjadi ajang konsolidasi strategis bagi delegasi dari berbagai kampus se-DIY, guna merumuskan arah perjuangan gerakan mahasiswa di tengah cepatnya perkembangan teknologi dan isu-isu sosial nasional.
Proses pergantian kepemimpinan dilaksanakan melalui mekanisme persidangan organisasi yang diikuti oleh perwakilan seluruh kampus yang tergabung dalam aliansi BEM Nusantara DIY.
Melalui forum tersebut, Miftahun Ni’am secara resmi terpilih, menggantikan Koordinator Daerah periode sebelumnya, Mohammad Rafli Ilham (2024–2025).
Ni’am, yang dikenal luas dengan panggilan akrab Ni’am, menonjol karena karakter egaliter dan semangat pergerakannya yang tinggi.
Dalam pidato kemenangannya, ia menekankan komitmennya untuk mengembalikan Yogyakarta sebagai pusat lahirnya ide dan gagasan nasional.
Menyampaikan pidato yang sarat energi moral, Ni’am menegaskan pandangannya mengenai pentingnya sinergi:
“… tidak akan lahir episentrum gagasan jika simpul-simpul kampus kita tercerai-berai. Mandat kita jelas: Rekonsolidasi Simpul, Revitalisasi Gagasan, dan Reposisi DIY sebagai Episentrum Gerakan Nasional. Gerakan nasional membutuhkan rumah dan rumah itu harus kembali ke Yogyakarta,” katanya.
Program Prioritas: Rekonsiliasi, Riset, dan Rumah Dialektika
Di bawah kepemimpinannya, Ni’am menjanjikan fokus pada penguatan internal dan eksternal gerakan mahasiswa.
Ia menyebutkan rencana pembangunan forum rekonsiliasi bulanan, konsorsium riset mahasiswa, dan rumah dialektika lintas kampus.
Selain itu, ia juga berkomitmen membangun grand narrative yang memposisikan Jogja sebagai “laboratorium intelektual” mahasiswa Indonesia.
Terpilihnya pemimpin asal Banyumas ini menunjukkan sebuah fase baru bagi BEM Nusantara DIY, yang memadukan kearifan lokal, nalar intelektual, dan sensitivitas sosial dalam setiap gerakan mahasiswa.
Diharapkan, kepemimpinan baru ini mampu menyatukan simpul-simpul kampus, memperkuat basis gagasan, dan meneguhkan kembali posisi strategis DIY sebagai pusat pergerakan mahasiswa nasional.***