Minim Regenerasi, Pemkab Dorong Anak Muda untuk Bertani dengan Cara Ini
Banyumas

Minim Regenerasi, Pemkab Dorong Anak Muda untuk Bertani dengan Cara Ini

Bagikan:
Ilustrasi petani. (Sumber sasint/pixabay.com)

Regenerasi petani di Kabupaten Banyumas, sangat minim. Dari catatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas, petani yang ada saat ini cenderung berusia di atas 50 tahun. Tak banyak anak muda di Banyumas yang mau dan tertarik, meneruskan tradisi keluarganya untuk bertani. Karena itu, Pemkab Banyumas mencoba berbagai upaya untuk mendorong anak-anak muda di Banyumas untuk mulai menjajaki pertanian, baik secara on farm maupun off farm.


Purwokerto, serayunews.com

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Jaka Budi S menjelaskan, ada banyak peluang dan bidang di pertanian yang bisa anak muda garap.

“Misalnya tanaman non pangan, holtikultura, buah sayuran musiman. Untuk pola budidayanya, bisa secara organik tanpa menggunakan pupuk kimia atau dengan hidroponik. Karena kalau hidroponik kesan panas, kena lempung, membajak sawah tidak ada lagi,” kata dia.

Untuk mendukung pertanian hidroponik, bahkan pihaknya telah menyiapkan pupuk anorganik bersubsidi dari Kementerian Pertanian. Sehingga sangat sayang jika tidak ada yang memanfaatkannya karena jumlah subsidinya bisa berkurang.

Baca juga: [insert page=’banyak-petani-gagal-panen-harga-beras-di-purwokerto-naik-drastis’ display=’link’ inline]

“Subsidi di Banyumas itu sudah sampai ratusan miliar rupiah. Semakin hari, semakin tahun dikurangi artinya ini ancaman buat petani. Kalau sampai beli pupuk anorganik tidak subsidi, harganya bisa dua kali lipat,” ujarnya.

Kelompok petani muda di Banyumas, saat ini masih dalam hitungan jari. Namun, agar peminat petani muda semakin tinggi pihaknya telah menyiapkan berbagai program, dengan Kementerian Pertanian.

“Nanti anggarannya akan ke Banyumas bisa langsung pemberdayaan petani muda, baik on farm atau off farm. Kita ingin fasilitasi petani muda milenial dengan anggaran terbatas, meyakinkan bahwa pertanian ini tidak ada matinya. Sepanjang belum kiamat dunia ini membutuhkan pertanian,terutama pangan,” katanya.

Editor: Adi Kurniawan