SERAYUNEWS – Dunia Katolik tengah berduka. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan, wafat pada Senin pagi, 21 April 2025, pukul 07.35 waktu setempat.
Ia meninggal dunia di kediamannya, Casa Santa Marta, di kompleks Vatikan, Roma.
Kabar duka ini dikonfirmasi langsung oleh Kardinal Kevin Farrell, juru bicara Vatikan, melalui siaran langsung Vatican TV.
“Dengan duka mendalam, saya mengumumkan bahwa Paus Fransiskus telah kembali ke rumah Bapa,” ucapnya.
Paus Fransiskus, yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio, tutup usia di umur 88 tahun setelah berjuang melawan penyakit bronkitis kronis yang dideritanya sejak Februari lalu.
Meski sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma, dan keluar pada 23 Maret untuk melanjutkan pemulihan di rumah, kondisi beliau terus menurun hingga akhirnya wafat.
Sehari sebelum wafat, Paus Fransiskus masih sempat muncul di hadapan umat dalam perayaan Misa Paskah di Lapangan Santo Petrus.
Meskipun tampak lemah, ia tetap menunjukkan kasihnya dengan memberkati bayi-bayi yang dibawa para umat.
Suasana haru menyelimuti momen tersebut, mengingat kondisi beliau yang kian memburuk.
Paus tidak memimpin langsung misa Paskah tahun ini. Namun, beliau tetap menyampaikan pesan tradisional Urbi et Orbi dari balkon Basilika Santo Petrus.
Karena kondisi fisiknya yang lemah, pesan tersebut dibacakan oleh seorang pembantu. Momen ini menjadi penampilan publik terakhir sang Paus yang penuh makna dan emosional.
Dalam pesan terakhirnya, Paus Fransiskus menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap konflik kemanusiaan yang masih berkecamuk, khususnya di Gaza. Ia menyerukan perdamaian, pembebasan sandera, dan penghentian kekerasan.
“Saya menyampaikan simpati mendalam kepada rakyat Israel dan Palestina. Saya menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera, dan membantu orang-orang yang kelaparan demi masa depan yang damai,” bunyi bagian pesan terakhirnya.
Paus juga mengecam tren antisemitisme yang meningkat di berbagai belahan dunia, menekankan pentingnya toleransi dan kemanusiaan sebagai dasar hidup bersama.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang merakyat dan sederhana. Lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, ia berasal dari keluarga imigran Italia kelas pekerja.
Ayahnya seorang akuntan di perusahaan kereta api, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.
Sebelum menjadi imam, Bergoglio sempat belajar menjadi teknisi kimia. Namun panggilan hidup membawanya bergabung dengan Serikat Yesus (Jesuit) pada 1958.
Ia ditahbiskan menjadi imam pada 1969 dan menempuh karier panjang hingga menjadi Kardinal pada 2001.
Pada 13 Maret 2013, Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus ke-266 dan memilih nama Paus Fransiskus, menjadi Paus pertama dari Amerika dan dari ordo Yesuit.
Ia juga merupakan Paus non-Eropa pertama sejak abad ke-8. Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok reformis.
Ia mendorong transparansi keuangan Vatikan, memperjuangkan keadilan sosial, mendukung perlindungan lingkungan hidup, serta membuka ruang dialog dengan berbagai kelompok keagamaan.
Dalam banyak kesempatan, ia tampil dengan gaya hidup sederhana. Tidak tinggal di Istana Apostolik, melainkan di rumah tamu Vatikan.
Ia juga sering terlihat menyapa umat langsung tanpa pengawalan ketat, mencerminkan kedekatan dan kerendahan hati.
Kematian Paus Fransiskus menandai akhir dari era penuh semangat pembaruan dalam Gereja Katolik. Ia mewariskan nilai-nilai keterbukaan, kasih, dan kemanusiaan yang mendalam.
Kini, umat Katolik di seluruh dunia menanti konklaf—pertemuan para kardinal—untuk memilih Paus baru yang akan meneruskan misi dan visi sang gembala dari Buenos Aires.
Vatikan juga telah mengumumkan akan menggelar misa penghormatan dan prosesi pemakaman yang akan dihadiri pemimpin-pemimpin dunia, tokoh agama, serta ribuan umat dari berbagai negara.***