SERAYUNEWS– Ketua Dewan Pakar Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, Bambang Wadoro memberi analogi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Dia menilai Pemilu 2024 tak ubahnya sebagai Drama Kolosal Demokrasi Indonesia.
Menurut Bambang Wadoro, drama kolosal itu berjudul “Pemilu Presiden dan lain-lain”, dengan naskah atau skenario UUD 1945 dan peraturan perundang- undangan yang ada sudah dimulai.
Dia menjelaskan ada tahapan, plot, atau alur cerita dalam drama itu. Terdiri dari eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan. Pada tahap eksposisi yakni perkenalan cerita pemilu dan para tokoh atau pemeran-pemerannya.
“Ada antagonis ‘sebagai tokoh atau pemeran jahat’, protagonis ‘sebagai tokoh atau pemeran baik’, dan tritagonis ‘sebagai tokoh atau pemeran pembantu untuk antagonis atau protagonis’,” ungkapnya Minggu (28/1/2024).
Hal itu Bambang Wadoro sampaikan saat Sosialisasi Pengawasan Partisipatif yang dilakukan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Banyumas di Cor Hotel Purwokerto. Kegiatan itu diikuti 50 pelaku kesenian dan budayawan.
Lebih lanjut, pada tahap konflik, para tokoh atau pemeran terlibat dalam suatu pokok persoalan. Dari perbuatan dan kata-kata para tokohnya, mulai nampak dan terjadi adanya pertentangan antara baik-buruk, jujur-curang, benar-salah, yang disertai juga adanya insiden.
Pada tahap komplikasi, terjadi persoalan baru dalam cerita. Pada tahapan ini watak para tokoh baik antagonis, protagonis dan tritagonis nampak semakin jelas perwatakannya. Siapa antagonis, siapa protagonis dan siapa tritagonis-nya.
“Kita sebagai penonton mestinya saat ini kita sudah tahu dan dapat membedakan atau memilah antara orang-orang atau tokoh yang berperan antagonis, protagonis dan tritagonis,” jelas Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Banyumas itu.
Untuk tahap krisis, masing-masing tokoh telah mengetahui siapa mendukung antagonis dan siapa mendukung protagonis. Pertentangan antara baik-buruk, jujur-curang, dan benar-salah pun semakin meningkat dan panas.
Masing-masing peran antara antagonis dan protagonis terus mencari dukungan pada peran tritagonis ‘rakyat’ sebagai ‘pemilih’. Seberapa peran antagonis dan protagonis mendapat dukungan atau bantuan dari peran tritagonis ‘peran pembantu’, akan diketahui pada tahap resolusi.
Ini merupakan tahap jalan keluar adanya pertentangan. Hal ini yang kita namakan tahap pemungutan suara, pada tanggal 14 Februari 2024. Setelah itu, nanti akan diketahui apakah kejahatan akan memenangi kebaikan, kecurangan akan memenangi kejujuran, atau kesalahan akan memenangi kebenaran?
Dia menilai, Ketua Bawaslu Kabupaten Banyumas, Imam Arif Setiadi memiliki peran tritagonis protagonis. Dia mengajak dan mengcasting para seniman dan budayawan untuk berperan pada peran tritagonis protagonis juga.
Bawaslu Banyumas mengajak dan mengcasting seniman dan budayawan, karena terbatasnya tenaga pengawas pada Bawaslu. Ditambah banyaknya tugas dan wewenang yang harus dilaksanakannya Bawaslu.
“Jadi meminta bantuan para seniman dan budayawan dalam hal pengawasan pemilu. Terutama terkait pada tahapan pemilu, praktik-pratik kecurangan, seperti netralitas, politik uang dan sebagainya,” jelasnya.
Di samping itu Bawaslu juga menganggap para seniman dan budayawan itu merupakan warga negara yang senantiasa berperan aktif pada setiap kegiatan masyarakat, memiliki kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas.
Juga senantiasa mengolah rasa dan mendasarkan diri pada nuraninya. Sehingga seniman dan budayawan dimungkinkan dapat ikut serta menyampaikan hal-hal yang dilarang dalam pemilu pada anggota komunitasnya dan masyarakat.
Selain itu dapat pula ikut serta mencegah dan melawan praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan dalam pemilu. Dalam pemilu Bawaslu berperan sebagai peran protagonis tritagonis yakni peran pembantu yang menegakkan kebenaran berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Selain itu melawan, menindak semua praktik kecurangan dan kejahatan. Agar kemenangan di pihak protagonis yakni tokoh yang membawa kejujuran, kebenaran dan kebaikan.
“Sebaiknya kita tidak hanya sebagai penonton, akan tetapi dengan kesungguhan, kita bantu Bawaslu pada peran tritagonis ptotagonis. Sehingga kita seniman dan budayawan pada pemilu kali ini sebagai penonton sekaligus pemeran.