SERAYUNEWS- Seorang siswa sekolah dasar swasta di daerah Kalasan Sleman ketahuan menonton bareng video porno dengan menggunakan fasilitas komputer yang ada di sekolah.
Sang ibu kemudian bertanya dengan siapa saja menontonnya, disebutlah nama teman-temannya. Bermaksud melakukan penyadaran bersama, maka sang ibu mengambil inisiatif menghubungi para ibu yang anaknya ikut menonton.
Selain itu, sang ibu juga menghubungi wali kelas, tujuannya jelas agar ini menjadi masalah bersama.
Namun, ada salah seorang ibu yang menganggap tidak mungkin anaknya melakukan hal tersebut. Si ibu merasa bahwa anaknya sudah dia didik dengan benar. Kata tidak mungkin seolah mengalahkan dalil.
Kisah nyata yang terjadi tersebut menjadi contoh tidak mudah membangun ekologi pendidikan. Mendidik anak tidak hanya soal orang tua atau guru saja tetapi butuh lingkungan lebih luas.
Ada pepatah, it takes a village to raise a child, butuh orang sekampung untuk mendidik seorang anak.
Kutipan di atas yang menunjukkan pentingnya langkah partisipatif dalam mendidik anak. Hal ini disebut dengan resiliensi komunitas.
Resiliensi komunitas dibutuhkan sebagai kemampuan yang berkelanjutan dalam membantu anak untuk tumbuh dan besar.
Konsep ini dapat mencegah berbagai masalah patologi sosial seperti aksi pornografi tindakan bullying di Indonesia.
Artinya, seluruh pihak yang terlibat dalam proses perkembangan anak seperti guru, orang tua, murid itu sendiri, dan masyarakat umum punya andil yang sama.
Semua orang sepakat bahwa perkembangan pribadi seseorang tidak dapat lepas dari lingkungannya. Seorang anak bisa lahir dari keluarga yang baik dan ramah anak.
Namun, jika keluarga tersebut berada di lingkungan masyarakat yang berantakan, sedikit banyak bisa berdampak pada anak perilaku anak.
Kahlil Gibran pernah mengatakan, berikan anak cinta kalian, tapi jangan gagasan kalian, karena mereka memiliki gagasan sendiri.
Kita bisa membuatkan rumah untuk raga mereka, tapi tidak dengan jiwa. Jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tidak bisa kalian kunjungi, sekalipun dalam mimpi.****(Kalingga Zaman)