SERAYUNEWS – Diberlakukannya Kurikulum Merdeka di sekolah-sekolah menimbulkan banyak pertanyaan terkait dengan sistem Asesmen Formatif.
Apa itu Asesmen Formatif yang ada pada Kurikulum Merdeka? Lalu apa bedanya dengan Asesmen Diagnostik dan Asesmen Sumatif?
Kurikulum Merdeka adalah inisiatif pendidikan yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi sekolah dan guru dalam mengelola proses pembelajaran, dengan fokus pada pengembangan kompetensi, karakter, dan kreativitas siswa.
Diberlakukannya Kurikulum Merdeka di sekolah menawarkan banyak keuntungan, tantangan dalam implementasinya tetap ada, seperti kesiapan guru, infrastruktur yang belum merata, dan adaptasi terhadap perubahan yang dibawa kurikulum ini.
Namun, diharapkan dengan dukungan dan pelatihan yang memadai, Kurikulum Merdeka dapat mendorong pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa Indonesia, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan.
Asesmen di sekolah adalah proses sistematis yang digunakan untuk mengukur, mengevaluasi, dan memahami kemampuan, pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa terhadap materi pelajaran atau aspek pembelajaran tertentu.
Asesmen memiliki banyak jenis dengan tujuan yang berbeda-beda pula.
Selain Asesmen Formatif, ada pula asesmen lainnya seperti Asesmen Sumatif, Asesmen Diagnostik, Asesmen Otentik hingga Asesmen Berbasis Kompetensi.
Asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada saat itu juga.
Asesmen ini juga bisa dilakukan di awal pembelajaran, pertengahan pembelajaran, akhir pembelajaran, maupun sepanjang pembelajaran Kurikulum Merdeka berlangsung.
Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik langsung kepada siswa dan guru sehingga mereka dapat melakukan perbaikan dan penyesuaian dalam pembelajaran.
Dengan Asesmen Formatif, guru dapat memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung apakah efektif atau tidak diberlakukan pada siswa.
Bila dirasa kurang cocok, maka guru bisa memperbaiki proses pembelajaran tersebut.
Contoh Asesmen Formatif adalah kuis, diskusi kelas, dan tugas-tugas kecil.
Dengan melakukan Asesmen Formatif, guru dapat mengidentifikasi terkait dengan kebutuhan, hambatan serta informasi perkembangan para siswa.
Demikianlah uraian terkait dengan Asesmen Formatif yang diberlakukan di sekolah-sekolah.***