SERAYUNEWS – Keuskupan Purwokerto melakukan pemberkatan Rumah Singgah Maria (RSM) yang merupakan rumah khalwat atau tempat menyepi dan beroda bagi umat Katolik di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Uniknya dalam pemberkatan tersebut, mereka juga menyuguhkan tarian Jawa dan tarian Sufi.
Direktur RSM, Romo FX Handy Kristian Pr mengungkapkan, untuk pementasan tarian jawa dan tarian sufi itu untuk menegaskan bahwa RSM berada di tengah dan bekerja sama dengan masyarakat muslim.
“Tarian Jawa adalah pertanda bahwa kita sebagai umat Katolik di sini berada di tengah konteks budaya lokal, khususnya Jawa,” kata dia, Senin (5/6/2023).
Baca juga: keuskupanPeringati Hari Lingkungan Hidup, KOKERMA Purwokerto Lepasliarkan Burung
Pemberkatan RSM Melung, dilakukan pada Selasa-Rabu (30-31/5/2023) lalu. Lebih dari 50 anggota masyarakat sekitar, menghadiri agenda di RSM termasuk kepala desa.
Romo Hendi menjelaskan, tarian Sufi memberi warna khusus pada malam tirakatan tersebut. Dua penari sufi, berputar-putar mengikuti irama salawatan.
“Misa puncak pemberkatan, dimulai pukul 21.00 WIB bersama para imam di Purwokerto. Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto, Romo Sulpicius Parjono Pr, memimpin langsung kegiatan tersebut. Setidaknya sekitar 100 umat Katolik dari Purwokerto dan sekitarnya, mengikuti misa yang digelar di pelataran patung Maria Mater Misericordiae tersebut,” kata dia.
Di RSM ada tujuh tingkatan untuk menuju patung maria yang menjadi ikon. Tujuh tingkatan tersebut, melambangkan sapta duka Bunda Maria. Menurutnya dalam hidupnya Bunda Maria harus melewati dana menanggung tujuh duka sebagai seorang ibu bagi Yesus.
“Selain itu, patung Maria Mater Misericordiae atau Maria bunda berbelas kasih memiliki tinggi tujuh meter. Tujuh atau dalam bahasa Jawa pitu, menyimpan makna pitulungan atau pertolongan. Bunda Maria akan selalu memberikan pertolongan, bagi mereka yang datang memintanya,” ujarnya.