SERAYUNEWS – Belakangan ini media sosial diramaikan dengan munculnya tagar #BoikotTrans7 yang menjadi trending di X dan Instagram pada Selasa (14/10/2025).
Gelombang protes ini datang dari berbagai kalangan, terutama komunitas santri dan masyarakat pesantren yang merasa tersinggung dengan salah satu tayangan program Xpose di Trans7.
Episode yang dimaksud berjudul “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?”.
Judul tersebut menimbulkan reaksi keras karena dianggap provokatif dan menyinggung kalangan pesantren.
Potongan videonya pun cepat menyebar di TikTok dan Instagram, memicu perdebatan luas di dunia maya.
Banyak warganet menilai bahwa tayangan itu telah merendahkan martabat kiai, santri, serta lembaga pesantren.
Meski mungkin dimaksudkan sebagai kritik sosial, penyajiannya dianggap tidak berimbang dan bisa menimbulkan kesalahpahaman publik terhadap kehidupan di pondok.
Konten tersebut dinilai menyoroti sisi negatif dan menampilkan gambaran sepihak tanpa adanya konfirmasi dari pihak pesantren yang disebut.
Akibatnya, muncul persepsi keliru yang memperkuat stereotip negatif terhadap dunia pesantren.
Isu ini semakin sensitif karena dalam beberapa waktu terakhir, media sosial kerap memunculkan narasi yang cenderung menggiring opini negatif tentang santri dan lembaga keagamaan.
Sebagai bentuk protes, banyak pengguna media sosial menyerukan boikot terhadap Trans7 melalui tagar #BoikotTrans7 yang kini ramai di berbagai platform.
Di Instagram, akun Santri Melawan bahkan mengunggah video dengan tulisan tegas:
“BOIKOT!!! Trans7 yang telah menghina kiai dan santri.”
Mereka menuntut agar pihak Trans7 meminta maaf secara terbuka dan mengingatkan pentingnya etika media dalam membahas isu keagamaan.
Sebagian masyarakat lain juga menilai bahwa program seperti Xpose sebenarnya bisa menjadi ruang kritik sosial yang baik, asalkan disajikan dengan cara yang proporsional dan tetap menghormati nilai-nilai agama.
Alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri turut menyampaikan sikap resmi terkait tayangan yang dianggap merendahkan martabat kiai dan pesantren. Mereka menyatakan:
Sikap ini disambut luas oleh warganet yang menilai langkah alumni pesantren sebagai bentuk pembelaan terhadap marwah lembaga keagamaan.
Setelah gelombang protes semakin besar, pihak Trans7 akhirnya buka suara.
Melalui akun Instagram resminya, mereka mengunggah pernyataan resmi:
“Berikut pernyataan maaf dari kami berkaitan dengan tayangan program ‘Xpose Uncensored’ TRANS7, pada tanggal 13 Oktober 2025,” tulis Trans7 dalam unggahan tersebut.
Dalam postingan itu dijelaskan bahwa Trans7 telah meminta maaf langsung kepada pihak Pondok Pesantren Lirboyo, yaitu Gus Adib, putra KH Anwar Mansyur.
Berikut isi surat resmi permintaan maaf dari Trans7:
Surat itu ditutup dengan harapan agar permintaan maaf tersebut diterima sebagai bentuk itikad baik dan komitmen untuk menjaga kehormatan lembaga pendidikan keagamaan.
Production Director Trans7, Andi Chairil, juga memberikan klarifikasi langsung. Dalam pernyataannya ia menyampaikan:
“Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Berkaitan dengan isi berita salah satu program di Trans7 yang menyangkut Pondok Pesantren Lirboyo, kami ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, para pengasuh, santri, dan alumni.”
Ia menegaskan bahwa terjadi kelalaian dalam proses penyuntingan, karena tidak dilakukan sensor dan verifikasi mendalam terhadap materi yang berasal dari pihak luar.
“Kami telah menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada salah satu putra KH Anwar Manshur pada Senin (13/10/2025) malam, dan kepada Gus Adib. Kami juga sudah mengirimkan surat resmi melalui pesan singkat dan akan mengirim hard copy-nya.”
Andi Chairil menambahkan, kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi Trans7 agar ke depan lebih teliti, memahami konteks sosial-keagamaan, dan menghormati hubungan antara santri, kiai, serta pengasuh pesantren.
***