
SERAYUNEWS – Setiap tahun, banyak orang bingung ketika mendengar dua tanggal berbeda yang disebut sebagai peringatan Hari Ayah, yakni 12 November dan 15 Juni.
Keduanya memang sama-sama ditujukan untuk menghormati sosok ayah, namun ternyata memiliki asal-usul dan makna yang berbeda.
Hari Ayah Nasional di Indonesia diperingati setiap 12 November. Tanggal ini pertama kali dideklarasikan di Kota Solo, Jawa Tengah, pada tahun 2006 oleh komunitas Perkumpulan Perkawinan Indonesia (Perkawinan Ibu dan Ayah).
Mereka menyadari bahwa Indonesia sudah lama memiliki Hari Ibu pada 22 Desember, namun belum ada hari khusus untuk mengapresiasi peran ayah.
Dalam acara deklarasi tersebut, digelar pembacaan puisi dan pengiriman surat kepada ayah di seluruh Indonesia sebagai bentuk penghormatan. Sejak itu, tanggal 12 November dijadikan momen tahunan untuk mengenang jasa dan kasih sayang seorang ayah dalam keluarga.
Sementara itu, Hari Ayah Sedunia atau Father’s Day yang dirayakan setiap 15 Juni memiliki sejarah yang berbeda. Tradisi ini berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20.
Seorang perempuan bernama Sonora Smart Dodd memprakarsai perayaan ini untuk menghormati ayahnya, William Smart, seorang veteran perang yang membesarkan enam anak sendirian setelah istrinya meninggal dunia.
Perayaan pertama kali digelar pada 19 Juni 1910 di Spokane, Washington. Seiring waktu, Father’s Day menjadi tradisi tahunan dan akhirnya diresmikan secara nasional oleh Presiden Richard Nixon pada tahun 1972, dengan penetapan hari Minggu ketiga bulan Juni sebagai hari peringatan resmi.
Meskipun memiliki tujuan yang sama, perayaan Hari Ayah di Indonesia dan Father’s Day di dunia Barat memiliki nuansa yang berbeda.
Di Indonesia, Hari Ayah Nasional lebih berfokus pada nilai kekeluargaan dan kesederhanaan. Banyak keluarga memperingatinya dengan doa bersama, mengirim ucapan, atau membuat kegiatan kecil di rumah.
Fokus utamanya bukan pada hadiah, melainkan pada penghargaan terhadap tanggung jawab dan keteladanan seorang ayah.
Sementara di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan beberapa negara Eropa, perayaannya cenderung lebih meriah. Anak-anak biasanya memberikan hadiah seperti dasi, jam tangan, atau kartu ucapan.
Beberapa keluarga juga mengadakan makan malam khusus atau perjalanan singkat bersama. Bahkan, perayaan ini sering diikuti oleh promosi besar-besaran di toko dan restoran, menunjukkan betapa pentingnya momen tersebut dalam budaya Barat.
Walaupun berbeda dalam sejarah dan cara perayaannya, keduanya memiliki makna yang sama, yaitu menghargai sosok ayah sebagai pahlawan keluarga.
Hari Ayah Nasional di Indonesia menggambarkan cinta kasih yang sederhana dan hangat khas budaya timur, sedangkan Father’s Day di negara Barat menonjolkan ekspresi kasih sayang secara terbuka melalui hadiah dan kegiatan keluarga.
Namun pada intinya, kedua hari tersebut mengingatkan bahwa ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga figur penting yang memberikan cinta, bimbingan, dan pengorbanan tanpa pamrih bagi keluarga.
Perbedaan tanggal perayaan ini justru memperkaya makna universal dari Hari Ayah itu sendiri.
Apa pun momennya, 12 November di Indonesia atau 15 Juni secara internasional,keduanya menjadi kesempatan untuk mengucapkan hal yang sering terlupa:“Terima kasih, Ayah, untuk semua yang telah diberikan.”