Purbalingga, serayunews.com
Kawasan perbukitan Siregol Di Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol menjadi daerah langganan tanah longsor. Padahal, kawasan tersebut termasuk hutan lindung yakni kondisi hutan yang asri dengan banyak pepohonan besar yang bisa menjadi penahan longsor.
Kondisi itu semakin berubah, seiring beralih fungsi lahan menjadi perkebunan. Banyak lahan untuk tanaman Kapulaga. Dampaknya, hampir setiap turun hujan, di kawasan tersebut ada tebing yang longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Purbalingga, Priyo Satmoko mengatakan, untuk pastinya BPBD belum mengetahui, pihaknya belum survei sampai di area atas.
Baca juga: [insert page=’alih-fungsi-lahan-secara-liar-disinyalir-jadi-penyebab-longsor-bukit-siregol’ display=’link’ inline]
“Saya belum pernah melihat kondisi di atas, kalau yang bawah kami sudah biasa ke lokasi,” katanya, Senin (03/04/2023).
Namun, BPBD sudah berkordinasi dengan Perhutani dan rencananya akan melakukan survei sampai di area atas untuk memastikan kondisi sebenarnya. Sehingga, nantinya bisa menentukan langkah penanganannya.
“Lokasi atas akan kami survei, kemarin sudah koordinasi dengan Perhutani akan cek lokasi,” kata dia.
Tokoh masyarakat Desa Sirau, Hendri Sutrisno mengatakan, kawasan perbukitan Sirau memang langganan terjadi longsor karena resapan air yang sudah berkurang. Kawasan hutan lindung yang ada di wilayah desa tersebut, relatif gundul, tanaman penyangga kini banyak diganti Kapulaga dan Glagah Arjuna.
Aktivis pecinta alam Purbalingga, dari Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda, Teguh Pratomo menyampaikan, dia bersama kelompoknya sudah pernah melakukan observasi dan survei lokasi. Di kawasan hutan Siregol, memang sudah berubah fungsi. Hutan yang seharusnya ditumbuhi pepohonan, sudah berubah menjadi kebun kapulaga.
“Kami melakukan survei pada 4-6 Maret 2022 lalu dan faktanya memang demikian, daerah yang seharusnya hutan lindung sudah menjadi Taman Kapulaga. Selain itu, memang terjadi juga penebangan liar,” ujarnya.
Dia menjelaskan, survei melewati kawasan hutan, mulai dari Desa Kramat sampai ke Sirau. Kondisinya memang sudah memprihatinkan.
“Jika dari tepi jalan masih tampak seperti hutan, tak sampai 1 kilometer kami berjalan sudah penuh tanaman kapulaga,” ujarnya.