SERAYUNEWS– Menjelang Bulan Suci Ramadan, Masyarakat Adat Bonokeling di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas menggelar Tradisi Perlon Unggahan.
Pada hari ini, Jumat (8/3/2024), para perempuan anak cucu Bonokeling antre berjalan menuju ke lokasi kompleks Pemakaman Kyai Banokeling. Mereka ke makam Bonokeling tanpa alas kaki, dengan menjinjing ‘Ambeng’.
Makam Kyai Bonokeling masih asri, dengan pepohonan tua yang rimbun dan cungkup makam yang khas. Anak Cucu Bonokeling telah menggelar serangkaian kegiatan, sepekan menjelang Puasa Ramadan 2024 ini.
Ketua Masyarakat Adat Bonokeling, Sumitro mengatakan, Perlon Unggahan adalah sebuah tradisi yang digelar sepekan sebelum bulan Ramadan oleh warga Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Perlon Unggahan dimulai dari mengunjungi makam Bonokeling tanpa alas kaki, dengan menjinjing ‘Ambeng’.
Para perempuan ini hanya mengenakan kain kemben yuang dengan lengan terbuka. Mereka mengenakan selendok kain putih.
Selama berjalan ke Makam
Kyai Bonokeling tersebut mereka akan membisu dan dipimpin terlebih dulu oleh Sang Juru Kunci yang akan memimpin awal perjalanan menuju lokasi pemakaman sesepuh atau leluhurnya tersebut.
Di makam Bonokeling tersebut, enam kasepuhan berziarah dan berdoa dengan khusyuk. Kasepuhan tersebut terdiri dari Kasepuhan Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai Wangsapada dan Kyai Naya Leksana.
Selain itu, sedari pagi, masyarakat Bonokeling juga mempersiapkan makan besar. Sumitro menyampaikan, pada Perlon Unggahan tahun ini, terdapat 25 kambing dan sekitar 30-40an ayam dipotong.
Bapak-bapak dan anak muda desa setempat mempersiapkan makan besar dengan kerjasama dan penuh kesakralan. “Pada tahun ini kami menyembelih 25 kambing dan 30-40 ayam jantan,” ujarnya Jumat (8/3/2024).
Tradisi ini dilakukan menyambut Ramadan. Ini sudah dilakukan secara turun temurun. Nantinya mereka akan mengadakan makan besar yang diramaikan oleh warga sekitar, pada malamnya.
Tersedia berbagai macam makanan tradisional, namun yang pasti harus ada adalah nasi bungkus dan sayur becek (berkuah). Sayur becek itu merupakan gulai kambing yang mereka olah dan sajikan bersama-sama.
Para lelaki dewasa desa setempat yang mempersiapkan makan besar itu. Setelah itu, biasanya para warga akan berebut makanan tersebut dengan mitos dapat menambah keberkahan di bulan Ramadan.