SERAYUNEWS – Suasana ceria dan penuh keakraban terlihat di halaman Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Muttaqin, Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, saat siswa-siswi mengikuti kegiatan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama).
Dalam kegiatan tersebut, permainan tradisional Nusantara dijadikan media pembelajaran interaktif.
Setidaknya ada empat jenis permainan yang dimainkan bersama, yakni Sunda Manda (engklek), Ular Naga, Saragendem, dan Gobak Sodor.
Kegiatan ini menjadi metode untuk mencairkan suasana antara siswa baru dengan kakak kelas dan para guru, serta memberikan kesan pertama yang menyenangkan bagi peserta didik baru.
Kepala MI Al Muttaqin, Nur Laeli, S.Pd.I, M.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak sekadar memperkenalkan permainan tradisional, tapi juga menyisipkan makna dan filosofi dari tiap permainan.
“Permainan Sunda Manda kami khususkan untuk siswa baru, agar bisa melatih motorik mereka. Sedangkan Gobak Sodor dimainkan oleh siswa kelas lima dan enam, untuk menekankan pentingnya kerja sama tim,” jelas Laeli, Kamis (17/7/2025).
Selain aspek motorik dan tim, menurutnya permainan tradisional mampu mendorong interaksi sosial, di tengah tantangan era digital yang membuat anak-anak lebih banyak terpaku pada gawai.
“Tingginya waktu bermain gawai bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan psikis, fisik, maupun sosial anak. Mereka cenderung enggan berinteraksi langsung dengan orang di sekitarnya,” tambahnya.
Kegiatan ini melibatkan 160 siswa MI Al Muttaqin yang dikelompokkan secara acak, lalu dibimbing langsung oleh para guru.
Melalui suasana gembira saat bermain, siswa juga diajak untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia yang sarat makna.
“Kami berharap anak-anak bisa membawa kesenangan dari pengalaman bermain ini ke luar sekolah. Lingkungan pedesaan kita kaya akan ruang bermain, jadi sangat strategis untuk menghidupkan kembali permainan tradisional,” ujarnya.
Kegiatan tersebut mendapat respons positif dari orang tua siswa. Ani Yuliarti, salah satu wali murid, menilai kegiatan seperti ini penting untuk keseimbangan perkembangan anak.
“Anak-anak tidak bisa terus belajar dalam kelas saja. Mereka perlu kegiatan kreatif yang menyenangkan dan membangun karakter juga,” katanya.