SERAYUNEWS- Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani kembali menyebut Prabowo Subianto sebagai Sukarno baru.
Ia beralasan bahwa Prabowo memiliki nilai tawar yang kuat dengan negara lain setelah kunjungan ke beberapa negara termasuk Rusia dan Turki.
“Pak Prabowo Subianto inilah Soekarno baru atau The New Soekarno bagi Indonesia,” tuturnya di Jakarta, Sabtu (3/8/2024).
Pernyataan ini bukan pertama kalinya. Tahun lalu, ia juga menyebut Prabowo Subianto sebagai the new Soekarno karena telah menawarkan proposal perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang tengah berperang.
Hal tersebut Muzani sampaikan saat menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) DPD Gerindra Sumatera Selatan, Rabu (14/6/2023).
Padahal, sehari kemudian Prabowo menggelar karpet merah buat Chairman of Volex Plc Nathaniel Philip Victor James Rothschild yang mendirikan pabrik ketiga, PT Volex Indonesia di Sekupang, Batam, Minggu (4/8/2024).
Bandingkan dengan Sukarno yang anti modal asing. Sejarawan Asvi Marwan Adam menuturkan sebuah arsip di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengungkapkan pada 15 Desember 1965 sebuah tim pimpinan Chaerul Saleh di Istana Cipanas sedang membahas nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia.
Itu baru satu aspek, bagaimana dengan sikap politik internasional Sukarno menjadi acuan Muzani menganggap Prabowo sebagai Sukarno baru.
Hampir semua sepakat, Sukarno adalah fajar sejarah Abad-20. Ia membentuk pandangan tentang Tatanan Dunia Baru, termasuk salah satu tokoh utama dalam Gerakan Non-Blok, yang berdiri pada 1961
Sah Sukarno dissebut pengampu konsep dunia ketiga yang kemudian melahirkan
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Dari sini lahir manifesto politik tatanan dunia baru yang ia sampaikan pada Sidang Umum PBB pada 1960.
Guna mewujudkan tahanan dunia baru, ia mengusulkan konsep Trisakti yang berfokus pada kesetaraan ekonomi, politik, dan budaya. Sukarno juga memperjuangkan nasionalisasi sumber daya alam dan redistribusi kekayaan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Tak hanya itu, Sukarno juga memimpin pembentukan Gerakan Non-Blok, yang mencapai puncak pengaruhnya pada medio 1960-an dan 1970-an. Pengaruh geopolitik Sukarno juga menghasilkan kemerdekaan negara, seperti di Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Sudan.
Sukarno turut menginspirasi banyak tokoh pemuda, yang kelak tampil sebagai pemimpin di negara masing-masing, ternasuk Nelson Mandela dan Che Guevara.
Nelson bahkan menyempatkan diri hadir di Bandung, saat KAA 1955, semata ingin melihat Sukarno dari jarak dekat, dan menyerap energi besar perlawanannya pada penjajahan.
Sejarah mencatat pertikaian Sukarno dengan Josip Broz Tito, pemimpin Yugoslavia yang memilih jalan moderat bagi gerakan GNB sedang Sukarno memilih jalur konfrontasi. The New York Times melaporkan bagaimana pandangan ekstrem Sukarno mengagetkan Tito.
Tak puas dengan GNB dan PBB yang melempem, ia membentuk institusi penegak perdamaian dunianya sendiri melalui the Conference of the New Emerging Forces (Conefo), pada 7 Januari 1965. Puncaknya, ia jadi satu-satunya presiden yang memerintahkan negaranya angkat kaki dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 20 Januari 1965.
Dengan torehan sejarah tersebut, apakah pantas Prabowo disebut sebagai Sukarno baru? Silakan Anda nilai sendiri.***(Kalingga Zaman)