SERAYUNEWS– Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terus memantau kesehatan para jemaah yang memiliki riwayat penyakit (komorbid) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung. Pemantauan kesehatan ini dibagi dalam sejumlah kategori risiko, yakni risiko tinggi, sedang, dan rendah.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI, Liliek Marhaendro Susilo mengatakan,
pada penyelenggaraan ibadah haji Tahun 2024, pemerintah mengharapkan seluruh jemaah tidak mengalami sakit berat ketika menjalani ibadah yang menuntut ketahanan fisik di tengah cuaca panas Arab Saudi.
Upaya pengelompokkan kategori risiko kesehatan tidak hanya ditujukan bagi jemaah lanjut usia (lansia), melainkan jemaah haji lain yang bukan lansia dan memiliki komorbid. Sebanyak 30 orang teratas di masing-masing kloter, masuk kategori risiko tinggi menjadi kelompok prioritas.
“Ada 30 orang yang masuk kategori jemaah prioritas harus dimonitor kesehatannya secara rutin, yakni minimal dua hari sekali. Dalam monitoring kesehatan ini, petugas kesehatan akan melakukan pengecekan tensi darah,” ungkap Liliek dalam keterangannya di laman resmi Kemenkes, Rabu (22/5/2024).
Mereka, kata dia, juga harus minum obat secara teratur. Pusat Kesehatan Haji Kemenkes sudah mengimbau jemaah minum obat dan membawa obat rutin pribadi ke Tanah Suci sejak jemaah masih berada di Indonesia. “Jadi, kami anjurkan sejak saat menjelang berangkat,” terang dia.
Pihaknya sudah sampaikan semua ke petugas kesehatan, pokoknya jangan lupa jemaah yang sudah rutin minum obat untuk membawa obat rutinnya selama kebutuhan 40 hari di Tanah Suci.
“Nah, untuk kebutuhan dalam perjalanannya berangkat dari kampungnya, dari embarkasi, penerbangan sampai di bandara itu tolong ditaruh (obatnya) di tas jinjing, supaya mereka tetap minum. Jangan sampai lupa minum obat,” beber dia.
Meminum obat secara teratur diharapkan dapat mengendalikan penyakit sehingga dapat terkendali. Bagi jemaah dengan diabetes, gula darah terkendali selama di Tanah Suci. Sementara, jemaah dengan hipertensi, tekanan darahnya dapat terkendali selama di Arab Saudi.
“Ini kita mengendalikan faktor risiko, ya. Faktor risiko sudah dibawa, tapi kalau terkendali kan aman. Salah satunya adalah minum obat secara teratur sehingga obat-obatan untuk mengendalikan penyakit yang sudah rutin mesti dibawa,” lanjutnya.
Dia menjelaskan, dalam kondisi darurat, jemaah yang lupa dan tidak membawa obat pribadinya, Kemenkes RI menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.
Rinciannya, sebanyak 2.872 koli untuk obat, sedangkan perbekalan kesehatan alat kesehatan habis pakai sebanyak 1.826 koli. Totalnya, 4.710 koli atau seberat 62,3 ton dibawa dari Indonesia.
Obat-obatan juga tersedia di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan Madinah. Proses pengadaan obat untuk layanan kesehatan di KKHI ini dilakukan di Indonesia.
“Obat yang kami sediakan itu belum tentu cocok buat jemaah hajinya. Makanya, kami anjurkan, obat yang sudah cocok dibawa dan untuk obat kebutuhan 40 hari di sana, bisa juga masuk ke koper besar, supaya di bandara gampang. Kalau (obatnya) sedikit, bawa di tas jinjing,” beber dia.