Advertisement
Advertisement
Banjarnegara, serayunews.com
Prinsip kehati-hatian ini, dilakukan oleh PMI Banjarnegara dimulai dengan melakukan pengawasan setiap produk darah dari pendonor melalui unit donor darah. Setelah dipastikan aman, maka darah tersebut dilakukan proses lebih lanjut.
“Hingga saat ini, stok darah di PMI Banjarnegara masih aman, termasuk bebas dari empat penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan sifilis,” kata Kepala Unit Donor Darah PMI Kabupaten Banjarnegara, Syarah Mutia Dewi.
Menurutnya, demi menjamin keamanan pasokan darah yang ada di PMI Banjarnegara sebelum ditransfusikan pada pasien. Setiap darah yang masuk PMI Banjarnegara dari para pendonor ini, dilakukan uji saring sebelum masuk pada penyimpanan dan dikirim pada masyarakat yang membutuhkan transfusi darah.
“Untuk uji saring ini bisa dilakukan melalui rapid test, Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (Elisa), Chemilunescence Immuno Assay (Chlia) atau juga dengan metode Nucleic Acid Amplification Test (NAT),” katanya.
Dikatakannya, metode uji saring dengan rapid test merupakan tes sederhana untuk penyaringan awal. Metode ini hanya untuk pengujian darurat dan digunakan di labolatorium yang lebih kecil. Metode uji saring dengan rapid tes, hanya memakan waktu 10 sampai 30 menit tanpa membutuhkan peralatan tambahan.
Sementara untuk uji saring pertanda infeksi untuk pengamanan darah ini terdapat empat tahapan, yakni tes HIV 1 dan HIV 2, uji saring untuk HIV antigen-antibodi kombinasi atau HIV antibodi.
“Kalau untuk hepatitis B dengan rusface antigen, sedangkan hepatitis C dan uji saring untuk HCV menggunakan antigen-antibodi kombinasi atau HCV antibodi. Sementara untuk sifilis, dengan uji saring untuk antibodi treponemol spesifik (treponema pallidium),” ujarnya.
Dikatakannya, untuk uji saring dengan Chemilunescence Immuno Assay (ChLIA), merupakan uji saring otomatis yang digunakan untuk mendeteksi adanya antigen atau anti body spesifik yang dalam pengukurannya menggunakan intensitas cahaya dari sampel yang diperiksa.
Sedangkan metode uji saring dengan Nucleic Acid Amplification Test (NAT), merupakan pemeriksaan uji saring untuk mendeteksi asam nukleat virus (RNA/DNA).
Metode ini mampu memperpendek window periode atau jeda waktu dari infeksi virus, seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Keunggulan metode Nucleic Acid Amplification Test (NAT) dapat mendeteksi virus hepatitis B sehingga keamanan darah semakin terjamin.
“Saat ini di UDD PMI Banjarnegara belum dapat melakukan metode NAT, karena masih terkendala teknis berupa peralatan. Namun kami memastikan untuk stok darah yang ada di PMI Banjarnegara saat ini, aman dari penyakit menular tersebut,” katanya.