SERAYUNEWS—- Presiden terpilih Prabowo Subianto tercatat dua kali membuat pernyataan dalam periode kepemimpinannya nanti, Indonesia akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Pertama kali dia sampaikan pada Forum Ekonomi Qatar di Doha, Qatar 16/5/2024), bahkan optimis tercapai hanya dalam 2 sampai 3 tahun.
Kedua kalinya dia sampaikan dalam acara peluncuran Geoportal One Map Policy 2.0 dan White Paper OMP Beyond 2024 di St. Regis, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2024).
Ekonom senior Faisal Basri meragukan janji politik tersebut. Menurutnya, saat ini hampir semua negara mengalami perlambatan ekonomi. Tren di dunia semuanya mengalami perlambatan. Jadi hampir tidak ada pertumbuhan 8 persen.
“Ada tidak peluang (pertumbuhan ekonomi Indonesia) 8 persen? Gimana caranya? Jangan ngomong saja,” tegas Faisal dalam Non-Bank Financial Forum 2024 di Jakarta Pusat, Jumat (26/7/2024).
Selain kondisi global, Faisal juga menyebut alasan lain yakni hilangnya fungsi pengawasan oleh lembaga legislatif. Saat ini, ujar Faisal, Prabowo mulai meniru Jokowi dengan membangun koalisi besar dan meniadakan oposisi.
Lemahnya pengawasan terhadap pemerintah akan berdampak pada efektivitas pengelolaan keuangan negara. Pemerintah bisa menggunakan banyak anggaran untuk proyek yang tidak berdampak secara luas terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Selama ini digembar-gemborkan 5 persen, tapi siapa yang menikmati, ya orang-orang kaya. Sedangkan kelas menengah makin terpuruk,” katanya.
Hambatan lain, menurut Faisal karena fokus pembangunan yang tidak berorientasi sebagai negara maritim. Faisal menilai 10 tahun pemerintahan Jokowi membawa Indonesia makin meninggalkan jati diri sebagai negara maritim.
“Kondisi di pemerintahan Prabowo ke depan akan sama buruknya dengan apa yang dilakukan Presiden Jokowi saat ini,” ujarnya.
Faisal juga menyoroti ekonomi yang terpusat di Jawa, berdasarkan dari sebaran jumlah simpanan uang di Bank. Data Badan Pusat Statistik per Oktober 2023, yang mendominasi jumlah simpanan bank secara nominal adalah nasabah di Pulau Jawa sebanyak 78,1%. Sementara itu, di Pulau Sumatera 10,4%. Sisanya tersebar di pulau lainnya.
“Ini masalah lagi karena konsentrasinya di Jawa. Kalau kita lihat simpanan saja untuk liat itu orang kaya ada di mana, uang ada di mana, 78% simpanan itu ada di Jawa. Ini mau tumbuh 8%, pakai taruhan lagi, tapi permasalahan utamanya tidak pernah diurusi,” papar Faisal.***(O Gozali)