SERAYUNEWS – Berbagai pakar dan institusi telah melaporkan prediksi kondisi hilal atau fase bulan baru yang menjadi penentuan awal bulan Zulhijah. Waktu tersebut merupakan peringatan Hari Raya Iduladha 1445 Hijriah/2024 Masehi.
Penentuan awal bulan Hijriyah ini sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia. Sebab, berhubungan dengan waktu ibadah, terutama bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah.
Salah satu lembaga yang telah mengungkapkan prediksi itu ialah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sebagai institusi pemerintah yang salah satu tugas pokok dan fungsinya yang memberikan pelayanan tanda waktu dan posisi bulan dan matahari.
BMKG memberikan pertimbangan secara ilmiah kepada stake holder (Kementerian Agama, dll) dalam penentuan awal bulan hijriyah.
Untuk penentuan awal bulan Zulhijah 1445 H, BMKG menyampaikan informasi data-data Hilal (hasil Hisab) saat Matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan Rukyat (Observasi) Hilal.
Informasi yang disampaikan disini meliputi:
1. Ijtima
Pertama ada Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Peristiwa
ini akan kembali terjadi pada hari Kamis, 6 Juni 2024 M, pukul 12.37.35 UT atau pukul 19.37.35 WIB atau pukul 20.37.35 WITA atau pukul 21.37.35 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 76,295o.
Periode sinodis Bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya (awal Bulan Zulkaidah 1445 H) hingga konjungsi yang akan datang (awal Bulan Zulhijah 1445 H) adalah 29 hari 9 jam 16 menit.
2. Tinggi hilal
Menurut laporan BMKG, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2024 berkisar antara -5,15 derajat di Merauke, Papua, sampai dengan -1,57 derajat di Sabang, Aceh.
Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 7 Juni 2024 berkisar antara 7,27 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 10,69 derajat di Sabang, Aceh.
3. Elongasi
Ketiga, Elongasi yang merupakan jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.
BMKG menjelaskan, elongasi di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2024 berkisar antara 4,50 derajat di Sabang sampai dengan 4,93 derajat di Merauke. Sementara, elongasi di Indonesia pada 7 Juni berkisar 11,58 derajat di Merauke sampai dengan 13,24 derajat di Sabang.
4. Umur Bulan
Umur Bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2024, berkisar antara -4,18 jam di Merauke sampai dengan 0,78 jam di Sabang.
Sedangkan umur Bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 7 Juni 2024, berkisar antara 19,82 jam di Merauke sampai dengan 23,23 jam di Sabang.
Sehingga berdasarkan laporan di atas, maka BMKG memprediksi hilal Zulhijah memenuhi syarat pada 7 Juni. Artinya, menurut perhitungan BMKG, 1 Zulhijah jatuh pada 8 Juni dan 10 Zulhijah jatuh pada 17 Juni.