SERAYUNEWS – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mencetak sejarah kelam sebagai presiden pertama dalam sejarah negara itu yang ditangkap saat masih menjabat.
Penangkapannya dilakukan oleh Badan Investigasi Kriminal Nasional Korea Selatan pada Rabu (15/1/2025), menyusul keputusannya memberlakukan darurat militer pada awal Desember lalu.
Sontak, kebijakan tersebut dibatalkan oleh parlemen, memicu pemakzulan dirinya. Kini, Yoon menghadapi dakwaan serius dengan tuduhan pemberontakan.
Yoon Suk Yeol lahir di Seoul pada tahun 1960 dari keluarga kaya. Ia menempuh pendidikan di Universitas Nasional Seoul (Seoul National University), di mana ia belajar hukum.
Meski dikenal sebagai murid yang cerdas, perjalanan akademiknya tidak selalu mulus. Gaya hidupnya yang gemar berpesta membuatnya harus menempuh ujian hingga sembilan kali sebelum akhirnya lulus sebagai pengacara.
Karier Yoon dimulai pada 1994 ketika ia bergabung dengan kantor kejaksaan. Namanya mulai mencuat pada 2016 saat memimpin investigasi besar terhadap Presiden Park Geun-hye yang terjerat kasus korupsi.
Dalam sebuah wawancara, Yoon menegaskan prinsipnya, “Jaksa bukanlah gangster,” ketika ditanya tentang motivasinya. Meski sempat diberhentikan oleh Park akibat keberaniannya, Yoon terus menonjol.
Setelah keberhasilannya menangani kasus Park, ia kembali menjabat sebagai kepala Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul, yang menjadi pijakan awalnya ke dunia politik.
Pada tahun 2019, Yoon diangkat sebagai jaksa agung Korea Selatan. Ia memimpin penyelidikan terhadap sekutu dekat Presiden Moon Jae-in dalam kasus penipuan dan penyuapan, yang akhirnya mencoreng citra pemerintahan liberal tersebut.
Keberaniannya membuatnya populer di kalangan Partai Kekuatan Rakyat (PPP), partai oposisi konservatif saat itu, yang kemudian mengusungnya sebagai kandidat presiden.
Yoon berhasil memenangkan pemilihan presiden pada Maret 2022, mengalahkan Lee Jae-myung dari Partai Demokrat dengan selisih suara yang sangat tipis dalam sejarah Korea Selatan.
Sebagai presiden, ia dikenal dengan sikapnya yang keras terhadap Korea Utara dan pendekatan tanpa kompromi terhadap isu keamanan nasional. Sikap ini membuat media lokal menjulukinya sebagai “Churchill dari Korea.”
Namun, kepemimpinan Yoon tidak berjalan mulus. Serangkaian skandal mengguncang pemerintahannya, termasuk kritik tajam terhadap penanganan tragedi Halloween 2022 yang menewaskan ratusan orang. Popularitasnya semakin merosot seiring waktu.
Puncak kontroversi terjadi pada Desember 2024, ketika Yoon mengumumkan darurat militer. Langkah ini dipandang sebagai upaya mempertahankan kekuasaan di tengah tekanan politik.
Parlemen dengan tegas membatalkan keputusan tersebut, yang berujung pada pemakzulan dirinya.
Meski sempat dielu-elukan sebagai pejuang anti-korupsi, Yoon Suk Yeol kini menghadapi dakwaan berat yang dapat mengakhiri karier politiknya.
Perjalanan hidupnya mencerminkan sosok yang penuh kontradiksi – dari seorang jaksa yang memburu keadilan hingga presiden yang terperosok dalam kontroversi.
Apa yang terjadi pada Yoon Suk Yeol menjadi pengingat penting tentang bagaimana kekuasaan harus digunakan dengan bijaksana.
Bagi Korea Selatan, penangkapannya adalah babak baru dalam perjalanan politik negara itu, sebuah momentum yang akan menjadi pelajaran berharga untuk masa depan demokrasi.***