SERAYUNEWS – Sebanyak 50 jurnalis dari berbagai media di Jawa Tengah mengikuti orientasi bertajuk Peran Jurnalis dalam Mobilisasi Masyarakat untuk Mendukung Program Pencegahan Segala Bentuk Malnutrisi.
Acara yang berlangsung di Rooms Inc Hotel, Semarang, ini merupakan kolaborasi antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) dan UNICEF.
Orientasi ini bertujuan meningkatkan pemahaman jurnalis terkait isu malnutrisi yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
Malnutrisi, yang mencakup stunting, wasting, obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro, menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian lintas sektor.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun mengalami kekurangan berat badan, sementara 16% remaja usia 13-15 tahun mengalami obesitas.
Nutrisionis Alifia Mukti Fajrani mengungkapkan, malnutrisi terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang.
“Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting, sementara kelebihan nutrisi berisiko menyebabkan obesitas dan penyakit kronis,” jelasnya.
Menurut Nutrition Officer UNICEF Indonesia, Karina Widowati, fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan periode krusial untuk mencegah malnutrisi.
“Asupan gizi yang tidak memadai pada periode ini dapat berdampak pada rendahnya IQ anak dan menghambat proses pendidikan,” tegasnya.
Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Setiawan Hendra Kelana, menekankan pentingnya peran media dalam mengedukasi masyarakat.
“Jurnalis harus memahami isu gizi agar mampu menyampaikan informasi secara komprehensif dan mendalam,” ujarnya.
Setiawan juga berharap orientasi ini dapat menjadi “nutrisi” tambahan bagi para jurnalis untuk memperkaya sudut pandang dalam pemberitaan.
Gunawan Permadi, mantan Pemimpin Redaksi Harian Suara Merdeka, menambahkan bahwa pemberitaan harus variatif dan berorientasi pada solusi.
“Wartawan perlu menganalisis situasi, sasaran, pesan, dan capaian untuk merancang strategi pemberitaan yang efektif,” ungkapnya.
Alifia Mukti Fajrani menyarankan langkah konkret untuk mencegah malnutrisi, termasuk memastikan anak-anak mengonsumsi makanan bergizi seimbang seperti protein, karbohidrat, lemak sehat, serta vitamin dan mineral.
Edukasi kepada masyarakat tentang pola makan sehat dan kebersihan makanan juga sangat penting.
Karina Widowati menyoroti pengaruh urbanisasi terhadap pola makan masyarakat.
“Tingginya promosi makanan kemasan di daerah perkotaan berdampak pada perubahan pola makan yang mengurangi asupan gizi seimbang,” paparnya.
Ia juga mengingatkan bahwa malnutrisi pada remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti diabetes dan hipertensi.
Dengan partisipasi aktif media, kampanye edukasi tentang gizi dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.
“Jika media konsisten mengedukasi publik tentang pentingnya gizi, kita bisa bersama-sama menekan angka malnutrisi di Indonesia, khususnya Jawa Tengah,” tutup Karina.
Acara ini menjadi langkah awal kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan pentingnya gizi seimbang.