Cilacap, serayunews.com – Sedikitnya 25 Desa di 11 Kecamatan di sebagian wilayah Cilacap barat terdampak kekeringan. Namun sampai dengan Juni 2019, belum juga terlihat tanda tanda kemarau akan berakhir. Berdasarkan perkiraan BMKG, musim kemarau di Cilacap akan mencapai puncak pada bulan Agustus-September 2019. Tri Komara berharap kekeringan ini tidak terjadi lebih panjang dari bulan tersebut, jumlah warga ng terdampak kekeringan mencapai 7.123 keluarga atau 21.660 jiwa
“Tahun lalu, kemarau sampai November, kita harus distribusi sampai 512 tangki, padahal anggaran APBD tidak sampai 512 tangki. Tahun kemarin 80 persen dari lembaga non pemerintah, mulai dari Korpri, BUMN, BUMD, swasta, perbankan ikut meringankan, jika tahun ini masih kurang kita juga akan menggandeng dunia usaha kembali,” katanya.
Tri Komara juga meminta kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi air sungai atau sumur yang kotor atau berasa. Karena tidak layak konsumsi. Pihaknya tetap meminta masyarakat untuk menggunakan air PDAM atau sumber lainnya yang bersih.
Ia mengatakan dari tujuh kecamatan tersebut, kekeringan di Patimuan paling luas karena mencapai tujuh desa yang terdampak, disusul Kawunganten yang telah mencapai tiga desa. Sementara kekeringan di Kecamatan Gandrungmangu dan Karangpucung masing-masing dua desa, sedangkan Kecamatan Kampung Laut, Jeruklegi, dan Bantarsari masing-masing satu desa.
Menurut dia, bantuan air bersih tersebut telah dialokasikan dari APBD Kabupaten Cilacap untuk tahun 2019 meskipun jumlahnya terbatas.
“Tahun ini, kami hanya mendapat alokasi bantuan air bersih dari APBD Kabupaten Cilacap sebanyak 110 tangki,” katanya.