SERAYUNEWS-Gadis kecil berumur 12 tahun berinisial SA, duduk di kursi dengan tubuh bagian atas berbalut kain berwarna biru. Wajahnya memerah, mulutnya sesenggukan menjalani proses ritual pemangkasan rambut gimbalnya di Sanggar Ngudi Luwesing Salira RT 2 RW 1 Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Minggu (4/6/2023) sore. Beberapa orang yang melihat prosesi itu tak kuat menahan jatuhnya air mata. Saat ritual usai, derai senyum berhamburan di sanggar itu karena SA mendapatkan telepon genggam, sesuai dengan permintaannya sebelum pemotongan rambut gimbal.
Kisah gadis kecil itu bermula di tahun 2019. Ika, sang ibu bercerita jika dia melihat keanehan dari sebagian rambut putrinya. “Ya sebelum pandemi, rambutnya kusut. Dan di kepala belakang rambut ngumpul seperti gimbal,” ujar Ika mengawali cerita pada serayunews usai ritual pemangkasan rambut.
Karena merasa aneh, dengan tumbuhnya rambut gimbal di kepala SA, sang ibu memutuskan memangkasnya. “Setelah rambutnya saya pangkas, dia (SA) sakit tenggorokan dan panas tinggi. Kisaran sepekan dia sakit. Saya bawa ke dokter kemudian sembuh,” ujar warga Kecamatan Patikraja ini.
Beberapa waktu usai pemotongan rambut itu, Ika terkejut dengan kembali tumbuhnya rambut gimbal di kepala SA. Lokasi tumbuhnya, tepat di area yang dia pangkas sebelumnya. Sejak saat itu, dia tak lagi memotong rambut gimbal yang ada di kepala SA.
Kebingungan Ika tentang rambut putrinya berlangsung lama. Lalu, di tengah kebingungan tentang putrinya, Ika mengikuti acara di daerah Dieng. Dalam acara itu, Ika mendapatkan cerita tentang anak berambut gimbal yang pemotongan rambutnya harus dengan ritual khusus. “Saya waktu itu berpikir, jangan-jangan anakku seperti anak di Dieng itu?” kata Ika.
Ika dengan segala macam cara berusaha mendapatkan akses agar anaknya bisa mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal di Dieng, Banjarnegara. Dia mengaku ada kesempatan di tahun 2022 dalam acara Dieng Culture Festival agar rambut putri kecilnya yang gimbal itu bisa dipangkas sesuai ritual. “Tapi akhirnya tidak ada konfirmasi dari sana,” katanya.
Sembari terus melewati hari-hari, Ika berusaha mencari tahu siapa yang biasa memangkas rambut gimbal. “Akhirnya saya ketemu Pak Panggah yang biasa melakukan ritual itu. Kemudian jadilah prosesi kali ini,” katanya.
Tapi, pemotongan rambut itu tak hanya asal memotong. Ternyata banyak yang harus dia persiapkan. “Saya sendiri tidak terlalu paham. Tapi di antaranya yang harus saya siapkan adalah entok, ayam, bebek sepasang, dawegan, kopi pahit, kopi legi, bubur merah, dan beberapa lainnya,” kata Ika.
Ritual pemotongan pun pada Minggu (4/6/2023) pukul 15.30 WIB di Sanggar Ngudi Luwesing Salira. SA duduk di kursi, tubuh bagian atasnya berbalut kain. Rambut gimbalnya dipangkas. Pemimpin ritual beberapa kali mengungkapkan ucapan ucapan.
Semua rambut SA akhirnya dibabat habis. Wajah merah dan sesenggukan menghiasi ekspresi AS. Sesekali anggota keluarganya menguatkan gadis kecil itu. Di tengah pemotongan rambut yang belum usai, beberapa orang membawa sesaji untuk dilarung di Sungai Serayu.
Ketika pelarungan sesaji, prosesi pemotongan rambut masih berjalan. Pada akhirnya ketika prosesi akan selesai, panitia mengumpulkan kawan-kawan SA di sanggar. Kawan-kawan yang sebagian putri itu menjadi saksi dari prosesi itu.
Kemudian, semua orang yang ada di sekitar sanggar diminta merapat masuk ke sanggar. Melihat satu prosesi lain setelah pemangkasan rambut. Prosesi pemberian sesuatu yang SA minta sebagai syarat sebelum pemangkasan rambut gimbal. SA meminta telepon genggam kepada orangtuanya.
Senyum mengembang di wajah SA, di wajah teman-temannya ketika HP itu sudah ada di genggaman. “Untungnya mintanya HP,” kata Ika, sang ibu.
Biasanya anak rambut gimbal seperti SA, ada di daerah Dieng dan sekitarnya. Kemudian, anak-anak itu mengikuti ritual yang biasanya berlangsung dalam acara Dieng Culture Festival. Di momen itu, akan ada pemangkasan rambut gimbal si anak. Lalu, sebelum pemangkasan rambut, si anak akan meminta sesuatu pada orangtuanya.