CILACAP, Serayunews.com-Ratusan masyarakat yang mengenakan pakaian tradisional berbaris rapih sesuai dengan Rukun Tetangga (RT) masing-masing. Para pria mengenakan pakaian beskap dengan bawahan kain batik dan blangkon, sedangkan para perempuan mengenakan kebaya dan batik.
Mereka mengikuti puncak Festival Bobok Bumbung di Desa Pesanggrahan Kecamatan Kroya, Senin (24/2/2020). Ada 12 jolen atau rumah-rumahan berisi bumbung, atau celengan dari bambu yang dikirab. Jumlah tersebut merupakan jumlah RT yang ada di desa tersebut.
Meski cuaca panas, masyarakat sangat antusias melaksanakan kirab keliling desa. Kirab dimulai dari Kantor Desa Pesanggrahan, dan finish di lapangan Desa.
Lapangan desa pun disulap menjadi lebih cantik, dengan adanya tugu bambu, tepat di depan panggung, yang dibuat sedemikian rupa dengan bahan bambu.
Bobok bumbung artinya membuka celengan dari bambu, yang nantinya bakal digunakan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tradisi ini sudah dilakukan sejak dahulu, tetapi baru 6 tahun terakhir ini kembali digalakkan. Agar masyarakat, terutama pemuda dan anak-anak mulai membiasakan menabung sejak dini.
Setelah dikirab, masyarakat pun makan bersama jajanan yang disajikan, dengan diiringi tari-tarian dan juga kreativitas lainnya.
Kepala Desa Pesanggrahan Sarjo mengatakan dari bobok bumbung ini terkumpul pajak sebanyak Rp 69,9 juta lebih, yang terkumpul dari 1.033 wajib pajak.
“Ini tradisi sejak nenek moyang kita, dan kita hidupkan lagi tahun 2015. Kami menyepakati tabungan bumbung untuk membayar PBB, alhamdulillah berjalan dan kedepan bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
Bahkan tahun ini, celengan bambu ini oleh warga tidak hanya untuk membayar pajak saja, akan tetapi juga tabungan kesehatan, dan tabungan pendidikan.
“Tahun ini ada BUSER, Bumbung Seger, Sehat Waras untuk tabungan kesehatan maayarakat, dan tabungan anak-anak. Kita melatih mengaplikasi nenek moyang dengan cara menabung di bumbung,” katanya.
Festival Bobok Bumbung tahun ini, kata dia ada perbedaan dari sebelumnya. Ada inovasi-inovasi menarik, dan pagelaran seni budaya yang lebih beragam digelar. Seperti seni kuda lumping, musik etnik Sarageni, seni cowong, terbangan Jawa, RA Dance education, dan penampilan dari ISI Surakarta, serta bintang tambu Praginagong. Ada juga lomba kenthongan, lomba foto Instagram
Featival dibuka pada Jumat (21/2) sore oleh Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, dan berakhir pada Senin malam.
Pengunjung pun bisa menikmati wisata kuliner yang ada di sekitar lapangan tempat digelarnya featival.
Wakil Bupati Cilacap Syamsul Auliya Rachman mengapresiasi Festival Bobok Bumbung yang sudah berlangsung di tahun ke-6. Hal ini menandakan kesadaran masyarakat dalam menabung untuk membayar PBB.
“Pajak itu sangat membantu pemerintah dalam pembangunan, oleh karena itu ketika masyarakat secara sadar untuk membayar pajak, kami sangat mengapresiasi,” katanya.
Bobok bumbung ini juga merupakan kegiatan untuk melestarikan budaya. Kegiatan ini juga membuktikan bahwa masih adanya unsur kegotongroyongan, kebersamaan dan keguyuban masyarakat yang masih terjaga.
Dalam kesempatan tersebut Wabup membuka tiga celengan bambu, dilanjutkan dengan pejabat lainnya yang membuka secara simbolis. Setelah terkumpul, Kades Sarjo menyerahkan hasil tabungan masyarakat untuk membayar PBB kepada Camat Kroya.
Warga RT 1 RW 1 Resantika membayar sebesar Rp 26.500 untuk PBB. Uang tabungan berupa uang receh koin. Dia mengatakan jika uang yang ditabung untuk membayar pajak, adalah uang sisa belanja. (ale)