Cilacap, Serayunews.com– Kilang Residual Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Refinery Unit (RU) IV Cilacap tahun ini genap lima tahun beroperasi. Proyek bernilai investasi Rp 11 triliun tersebut semakin memantapkan posisi Pertamina RU IV sebagai kilang paling strategis karena perannya menjadi penyuplai sepertiga kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) Nasional dan 60 % kebutuhan di Pulau Jawa.
Tetesan produk perdana dilakukan pada 30 September 2015, yang kemudian ditetapkan sebagai hari ulang tahun kilang RFCC. Proyek yang selanjutnya diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada November 2015 ini menjadi bagian dari peta jalan (road map) pengembangan kilang Pertamina demi memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan teknologi kendaraan di masa mendatang.
Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan menjelaskan RFCC merupakan unit kilang yang memanfaatkan teknologi katalis untuk mengonversi minyak berat atau residu, baik atmosferik maupun vacuum residue oil menjadi produk lebih bernilai.
“Dalam hal ini utamanya gasoline dan beberapa produk lain seperti LPG dan propylene,” ujarnya.
Dengan beroperasinya RFCC, produksi premium dari Kilang Cilacap naik dari 61.000 barrel per hari menjadi 91.000 barrel per hari.
“Angka ini mampu mendongkrak total kapasitas produksi Pertamina RU IV sebesar 17,8 persen hingga mencapai level 348 ribu barrel per hari. Kondisi ini menumbuhkan optimisme pemerintah Indonesia terbebas dari impor BBM,” katanya.
RFCC mengolah Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) sebanyak 62.000 barrel per hari dari Crude Distillation Unit (CDU) II menjadi produk bernilai tinggi. Diantaranya High Octane Mogas Component (HOMC) dengan kadar oktan lebih dari 93, dan merupakan komponen minyak untuk meningkatkan kadar oktan pada premium dengan Research Octane Number (RON) 88, peningkatan produk Liquified Petroleum Gas (LPG) dan produk baru propylene.
Ia menambahkan, saat resmi beroperasi 100%, unit kilang RFCC ini mampu memproduksi HOMC sekitar 37.000 barel per hari, LPG 1.066 ton per hari, dan 430 ton per hari produk propylene.
“Dari produksi HOMC sebagian besar diproses lebih lanjut menjadi premium. Kelebihan HOMC dari Kilang Cilacap bisa digunakan untuk memproduksi pertamax dan premium di kilang-kilang lain,” ujarnya.
Keberadaan RFCC menandai awal berdirinya kilang-kilang modern di RU IV Cilacap, disusul pembangunan Kilang Langit Biru Cilacap dan yang saat ini masih berlangsung adalah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP).
“RFCC yang disusul kilang-kilang pengembangan lainnya di RU IV Cilacap menjadi simbol ketahanan dan kemandirian energi negeri,” ujarnya.