SERAYUNEWS – Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kembali menggelar Ritual Perlon Unggahan tradisi tahunan Kasepuhan Bonokeling.
Ritual ini merupakan bentuk syukur atas hasil bumi, penghormatan terhadap leluhur, serta permohonan berkah sebelum memasuki bulan Ramadan.
Sebagai warisan budaya, Perlon Unggahan mencerminkan kearifan lokal yang menghubungkan nilai spiritual, sosial, dan ekologis.
Upacara ini adalah bagian dari kebudayaan adat Bonokeling, ritual ini menjadi momen sakral bagi masyarakat setempat untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil bumi dan menjaga keseimbangan alam.
Acara ini berlangsung sepekan sebelum Ramadan, sebagai persiapan spiritual menuju bulan suci. Ritual ini sudah menajdi warisan secara turun-temurun.
Perlon Unggahan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga memiliki nilai sosial dan budaya.
Tradisi ini mempererat hubungan masyarakat, serta menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan alam.
Perlon Unggahan juga memperlihatkan harmoni antara manusia dan lingkungannya. Dalam ritual ini, terdapat praktik berbagai hasil pertanian sebagai wujud syukur atas rezeki dari alam.
Upacara ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan bahwa sumber daya alam tetap generasi selanjutnya lestarikan.
Dalam upacara ini, warga bersama-sama memasak dan membagikan hasil pertanian. Selain itu, doa bersama juga mereka lakukan untuk memohon keberkahan dan kelangsungan sumber daya alam.
Waktu ritual biasanya disesuaikan dengan kalender pertanian lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut penelitian dalam Jurnal Kebudayaan Nusantara (2021), tradisi Perlon Unggahan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Artikel dari Wonderful Indonesia juga menyoroti bagaimana ritual ini menjadi daya tarik budaya yang memperkuat identitas masyarakat Banyumas.
Dalam era modernisasi, pelestarian tradisi seperti ini menjadi tantangan tersendiri.
Masyarakat Bonokeling terus berupaya menjaga kelestarian ritual ini dengan melibatkan generasi muda agar tetap memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Perlon Unggahan.
Dalam prosesi upacara adat ini doa dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
Doa dalam prosesi ini yang menyampaikan adalah tokoh adat Bonokeling dengan tata cara warisan secara turun-temurun.
Tradisi Bonokeling memiliki makna yang dalam yaitu sebagai simbol rasa syukur dan kegembiraan.
Melalui Perlon Unggahan, masyarakat Bonokeling menunjukkan bahwa tradisi bukan sekedar warisan, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan yang harus tetap terjaga.
Dengan semangat kebersamaan, ritual ini harus terus terjaga sebagai salah satu simbol warisan budaya Banyumas yang unik dan bernilai tinggi.***