Sepetak rumah berukuran 3 x 4 meter itu nyelip di antara rumah-rumah gedong di Kawasan Pecinan Semarang. Sesak untuk ditinggali, tapi rumah Nyonya Jongkis itu penuh kelapangan toleransi.
Semarang, serayunews.com
Ya, di rumah itu tinggal 14 orang. Jongkis dan suaminya yang keturunan Tionghoa beragama Islam. Sedangkan dua anaknya beragama Kristen dan Buddha. Serta cucu-cucu Jongkis yang ikut agama orangtuanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi keluarga Tionghoa itu Selasa (1/2). Di hari raya Imlek, Ganjar gowes berkeliling Pecinan. Meninjau ibadah di Kelenteng Tay Kak Sie dan meninjau vaksinasi booster yang digelar Walubi. Setelah itu Ganjar silaturahmi ke rumah warga Tionghoa yang hidup jauh dari berkecukupan.
Keluarga Jongkis, di Jalan Sekolan, Kampung Purwodinatan, menjadi pemberhentian pertama. Saat Ganjar datang, hanya ada Jongkis dan anak serta cucu-cucunya. Gunadi, suami Jongkis sedang bekerja.
“Bapak tukang kunci di Jalan Kartini,” tutur perempuan 59 tahun itu.
Jongkis bercerita, tinggal di Pecinan sejak 1981. Rumah itu peninggalan mertuanya. Ada dua lantai di rumah itu. Bagian atas sama kecil dan sumpeknya dengan lantai bawah. Jelas untuk tidur harus berbagi. Tiga orang di lantai satu dan empat di lantai dua.
“Cucu biasa tidur di rumah tetangga,” katanya.
Semakin ngobrol lama, Ganjar makin kagum. Keluarga itu wujud nyata toleransi dan kerukunan beragama. Setiap tahun, mereka merayakan hari besar tiga agama.
“Tentu soal kelayakan harus ditata, ini kondisi yang butuh di antara kita saling peduli dan membantu. Menarik juga, di rumah ini agamanya banyak, mereka hidup rukun bersama-sama,” kata Ganjar.
Dari Kampung Sekolan, Ganjar menuju Jalan Inspeksi Wot Gandul. Ada rumah Keluarga Agus Sugiyanto di sana. Rumah di pinggir sungai itu juga sama sempitnya, meski ditinggali 5 orang saja.
Ganjar juga mengunjungi rumah Ibu Katrin di Kampung Plampitan. Kelucuan terjadi ketika anak Katrin memberi tahunya bahwa Ganjar datang. Katrin malah celingukan. Ia tak mengenali Ganjar yang memakai helm dan masker.
“Lha mana nggak ada. Pak Ganjar kan rambutnya putih,” tambahnya.
Suasana pun jadi ger-geran. Setelah Ganjar membuka helm, Katrin baru sadar orang yang dicarinya ada di depannya.
“Lha ini. Wah pak aku mbok dirangkul,” tutur bu Katrin pada Ganjar yang langsung merangkulnya.
Seperti di rumah Jongkis dan Agus, Ganjar juga menyerahkan satu kardus berisi sembako pada Katrin. Ia mengucapkan selamat Imlek kepada para keluarga Tionghoa itu.
“Pak maturnuwun biasane cuma liat di tv ini bisa ketemu langsung. Terimakasih udah dibantu,” ujar Katrin.
Ganjar juga sempat menengok pelaksanaan vaksinasi booster di halaman Kelenteng Tay Kak Sie Semarang. Penerima vaksin booster adalah jemaat atau warga Tionghoa yang biasa sembahyang di kelenteng tersebut.
“Saya terima kasih karena pelaksanaan upacaranya lancar, umat yang beribadah tertib. Alhamdulillah semua bisa berjalan dengan baik ya dan mudah-mudahan doa-doa mereka terkabul. Terima kasih dari Polda dan Walubi melakukan vaksin booster kepada mereka dan lebih banyak lansia. Terima kasih sehingga masyarakat di sini bisa diboosting. Imleknya damai, tertib dan jaga prokes,” tandas Ganjar.