SERAYUNEWS — Salam 4 jari akhir-akhir ini menjadi pembahasan. Penggunaan simbol dalam politik adalah cara meringkas dan menguatkan pesan.
Jika dalam bentuk narasi, seorang politikus harus mengemas kata-kata yang panjang dan melelahkan, simbol yang hanya berupa angka, warna, bunyi atau gambar, dapat meringkas sekaligus memberi energi makna yang jauh lebih dahsyat.
Salam 4 jari adalah gerakan yang ramai di media sosial yang terciri dari lambang tangan dengan empat jari teracung. Gerakan itu mengajak masyarakat memilih antara paslon 01 (Anies-Muhaimin) atau paslon 03 (Ganjar-Mahfud).
“Kami yakin bahwa paslon nomor 2 (Prabowo-Gibran) tak layak dipilih dan harus dihindari. Kami sadar bahwa untuk mengalahkan paslon nomor 2 diperlukan solidaritas rakyat yang lebih besar dari sekadar gabungan paslon nomor 2 (Anies-Muhaimin) & nomor 3 (Ganjar Mahfud).” Bunyi alasan yang tertera dalam unggahan Instagram.
Akun @gitaputrid mengunggah gambar tersebut di X (Twitter). Ribuan netizen telah memberi tanda suka.
John Muhammad, aktivis Partai Hijau Indonesia adalah pencetus gerakan salam 4 jari. Ia menyebutnya sebagai ekspresi pilihan bukan Prabowo-Gibran.
Tujuan di balik gerakan itu adalah mengarahkan para pemilih mengambang yang belum menentukan pilihan agar memilih paslon 01 atau 03 dalam Pilpres 2024.
Ia berharap gerakan itu dapat mengurangi potensi terjadinya pilpres satu putaran, seperti harapan kubu Prabowo-Gibran.
“Saya mewakili kelompok orang yang tidak menginginkan 02 menang. Jadi, perlu ada koalisinya. Mengapa empat jari? Karena 01 ditambah 03. Tapi empat jari juga punya makna, kita membela demokrasi,” ucap John.
Dalam unggahan di akun Instagram @johnmuhammad_, dia juga menjelaskan terkait makna simbol salam empat jari. Di antaranya, simbol itu merupakan gabungan paslon 1 dan 3.
Kemudian, simbol itu selaras dengan sila keempat Pancasila, isyarat internasional untuk tanda bahaya dan atau meminta pertolongan, serta simbol asa kekuatan politik baru (ke-4) yang lebih progresif melawan oligarki dan politik dinasti.
Capres 03, Ganjar Pranowo, mengomentari fenomena ini. Menurutnya gerakan itu muncul sebagai semangat dari masyarakat melihat dinamika politik yang berlangsung jelang pemilu.
“Bahwa ada semangat-semangat dari masyarakat, itulah demokrasi, itulah ekspresi, saya yakin siapapun kekuatan di sini, tidak akan bisa menghambat apa keinginan rakyat,” kata Ganjar di Yogyakarya (28/1/2024).
Sementara itu, Capres 01, Anies Baswedan, mengatakan bahwa gerakan ini dapat kita artikan semakin banyak masyarakat yang menginginkan perubahan kekuasaan di pemerintahan.
“Itu kan pesan bahwa kita mau perubahan. Apa yang sekarang terjadi itu, (capres-cawapres) 02 keliatan diasosiasikan dengan keberlanjutan sementara publik inginkan perubahan,” kata Anies di Bandung (28/1/2024).
Sebagai kubu yang merupakan sasaran gerakan ini, Direktur juru bicara TKN Prabowo-Gibran, Viva Yoga Mauladi, mengatakan gerakan ini tidak akan berdampak pada Prabowo-Gibran.
“Itu bebas-bebas saja, nggak ada pengaruhnya untuk TKN Prabowo-Gibran dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap elektabilitas. Malah TKN berharap pemilu ini harus menjadi proses pendidikan politik yang baik,“ ungkap Viva Yoga (28/1/2024).
Peneliti Perludem, Ihsan Maulana, mengatakan bahwa timnya melihat gerakan salam 4 jari tidak menyalahi aturan dalam UU Pemilu. Gerakan itu merupakan bagian dari kampanye yang masyarakat lakukan.
Ia mengatakan gerakan itu berbeda dengan anjuran golput (golongan putih) karena masih mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya, serta tidak ada unsur uang politik untuk membiayainya.
“Jadi, itu bagian dari kebebasan berekspresi. Selain itu, juga memang, kebebasan berekspresi itu selama tidak menyalahi aturan di dalam UU pemilu. Itu hal-hal yang biasa saja terjadi,” kata Ihsan (28/1/2024).
Dalam praktik politik popular, simbol merupakan cara untuk menjual produk politik. Salah satu strategi penjualan (selling strategy) yang katanya efektif adalah eksploitasi simbol (symbol).
Apakah simbol salam 4 jari akan efektif melawan Pemilu satu putaran? *** (O Gozali)