SERAYUNEWS– Guyuran hujan terjadi pada Opening Ceremony Olimpiade 2024, Jumat (26/7/2024). Hal tersebut seolah jadi penanda Dewa Zeus merestuinya, kenapa begitu?
Dalam mitologi Yunani, hujan dianggap rahmat dari Dewa Zeus. Selain itu, olimpiade dilakukan untuk menghormati ayah para dewa dalam mitologi Yunani, yaitu Zeus.
Pertama kali dalam sejarah, upacara pembukaan tidak berlangsung di stadion, melainkan di sepanjang jalur Sungai Seine. Konsep ini sesuai dengan moto Pertandingan Terbuka Lebar.
Parade pembukaan menampilkan prosesi 164 kapal dan 94 di antaranya membawa hampir 7.000 atlet menyusuri Sungai Seine sepanjang enam kilometer dari jembatan Austerlitz di timur hingga Menara Eiffel. 316.000 Penonton menyaksikan secara langsung dari tepi sungai Seine.
Format acara pembukaan yang unik ini seakan mengajak semua menyadari bahwa olimpiade memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia.
Bangsa Yunani memberi banyak memberi sumbangan besar bagi kemajuan dunia dalam segala aspek kehidupan manusia. Selain sebagai gudang ilmu pengetahuan, bangsa ini juga terkenal akan kebudayaan yang sangat tinggi, seperti arsitektur Yunani Kuno, seni, sistem pemerintahan, dan juga Olimpiade.
Mereka menggambarkan para dewa seperti manusia, tapi memiliki kekuatan dan keindahan yang lebih dari manusia biasa. Mereka percaya para dewa tinggal di puncak tertinggi Gunung Olimpus.
Untuk menghormati dan menyenangkan mereka, bangsa Yunani Kuno mengadakan pesta olahraga di kaki Gunung Olimpus. Tradisi inilah yang sampai sekarang masih dipertahankan sebagai olahraga tingkat dunia yang kita kenal dengan Olimpiade.
Olimpiade pertama mereka adakan di Olympia pada 776 SM. Perlombaan yang berlangsung adalah lari, gulat, balap kereta kuda, tinju, pankrasi (bela diri), lompat jauh, serta lempar lembing dan cakram.
Tidak seperti sekarang, Olimpiade Kuno hanya boleh diikuti laki-laki, karena para wanita bertugas untuk mengurus rumah tangga dan menjaga anak. Syarat lainnya, laki-laki itu harus seseorang yang bebas atau bukan budak, serta harus bisa berbicara bahasa Yunani.
Setelah lebih dari 1000 tahun berlangsung, Olimpiade berakhir pada 393 M setelah seorang kaisar Theodosius I yang dikenal sebagai Kristen taat melarang penyelenggaraan Olimpiade. Dia menganggap itu sebagai bentuk penyembahan berhala.
Dunia layak berterimakasihlah kepada Baron Pierre de Coubertin yang membentuk Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) pada 1894.
Setelah komite ini terbentuk, Olimpiade terselenggara kembali di Athena, Yunani, pada 1896 yang melibatkan 241 atlit dari 14 negara. Bahkan, saat Olimpiade 2016 berlangsung, event berhasil melibatkan lebih dari 11.000 atlit dari 205 negara.
Jika Olimpiade Kuno berlangsung di tempat yang sama setiap waktunya, Olimpiade Modern di berbagai kota berbeda.
Selain itu, awalnya Olimpiade Musim Dingin terselenggara pada tahun yang sama dengan Olimpiade Musim Panas. Namun, sejak tahun 1994, Olimpiade Musim Dingin berlangsung setiap empat tahun sekali, selang waktu dua tahun dari penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.
Olimpiade Musim Panas terakhir berlangsung pada 5-21 Agustus 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Sementara itu, Olimpiade Musim Dingin terakhir terselenggara pada 9-25 Februari 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan.
Olimpiade selanjutnya adalah di Tokyo, Jepang (2020) untuk Olimpiade Musim Panas dan di Beijing, Tiongkok (2022) untuk Olimpiade Musim Dingin.
Pada Olimpiade Kuno, pemenang akan mendapatkan mahkota melingkar dari batang pohon zaitun. Sementara itu, pada Olimpiade Modern, pemenang Olimpiade akan mendapatkan medali.
Olimpiade, sebagai ajang olahraga terbesar di dunia, tidak hanya sekedar sebuah kompetisi olahraga. Namun, itu juga merupakan pesta spiritual yang melampaui batas negara, ras, dan budaya.
Baron Pierre de Coubertin mengatakan, yang terpenting dalam Olimpiade bukanlah kemenangan, tetapi keikutsertaan.***(Kalingga Zaman)