SERAYUNEWS- Sedikitnya 20 guru sejarah se Jawa Tengah yang tergabung dalam Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (Agsi) melakukan sekolah lapang di situs Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Sekolah lapang para guru sejarah ini berlangsung selama empat hari mulai, Jumat (29/11/2024) hingga Senin(2/12/2024). Para peserta belajar tentang banyak hal terkait sejarah Kerajaan Majapahit. Bahkan melihat situs yang ada, kisah Situs Bhre Kahuripan ini mirip dengan Taj Mahal.
Perwakilan AGSI Jawa Tengah Dicky Aulia mengatakan, sekolah lapang ini sangat penting dan membantu para guru sejarah dalam memahami sejarah kerajaan Majapahit.
Kegiatan ini juga sebagai sarana diskusi merumuskan model pembelajaran sejarah yang efektif.
“Ini sangat keren dan bermanfaat bagi kami para guru sejarah yang bertugas untuk membangun fondasi kebangsaan,” ujarnya.
Menurutnya, Situs Bhre Kahuripan ini senada dengan nilai dan sejarah dibangunnya Taj Mahal yang ada di India.
Taj Mahal dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shāh Jahān sebagai persembahan untuk istri Persianya, Arjumand Banu Begum atau Mumtaz Mahal.
Sementara bangunan Situs Bhre Kahuripan dibangun sebagai tanda kasih raja Majapahit Hayam Wuruk kepada sang Ibu tercinta, Tribuana Tunggadewi. Karenanya situs ini lebih dikenal dengan nama Situs Dharma Tribhuana Tunggadewi.
Bangunan yang ada di areal persawahan Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto memang tak semegah dan seindah Taj Mahal. Karena hanya bangunan dengan bahan tumpukan batu andesit.
Situs ini berupa kompleks peribadatan berpagar keliling dan di tengahnya terdapat Yoni besar tanpa lingga.
Pada Yoni ini terdapat berbagai pahatan di dindingnya. Para sejarawan memperkirakan Yoni tersebut dibuat tahun 1372 M tahun 1294 saka.
Tahun tersebut dianggap sama dan sejaman dengan tahun kematian Tribhuana Tunggadewi yang pada masa pemerintahan Hayam Wuruk bergelar Bhre Kahuripan atau penguasa daerah Kahuripan.
“Dalam kitab Pararaton menjelaskan dengan sangat jelas bahwa situs Bhre Kahuripan yang berbentuk lingga yoni (lingga sudah hilang) adalah bentuk pendharmaan Tribuana Tunggadewi. Situs ini merupakan bentuk penghormatan dan tanda kasih sayang seorang anak pada ibunya. Tribhuana Tunggadewi merupakan sosok raja perempuan Majapahit sekaligus guru politik pertama bagi sang anak, Hayam Wuruk yang kelak menjadi raja terbesar dari Majapahit,” katanya.
Keberadaan situs Bhre Kahuripan memberikan suatu fakta tentang penghormatan besar seorang raja Majapahit bagi kaum perempuan, khususnya kaum ibu.
“Situs ini dapat dijadikan penguatan afektif dalam pembelajaran sejarah kepada siswa bahwa seorang penguasa besar Majapahit pun sangat menghormati orang tua, terutama ibu” ujarnya.