Di hari kedua PTM ini, Ganjar menilai pelaksanaan di berbagai sekolah sudah baik walaupun sistem PTM yang diterapkan di setiap sekolah berbeda-beda, seperti halnya di SMPN 39 Semarang, sistem PTM dilakukan dengan ganjil-genap.
“Selamat pagi pak, gimana PTM-nya, berapa siswa yang masuk?,” tanya Ganjar kepada para guru yang sedang menanti kedatangan siswa.
“Kami sistemnya ganjil-genap pak, yang masuk hanya siswa kelas 9. Satu kelas 16 anak. Kelas 7 rencana minggu depan,” ujar Fendyka, Guru SMP 39 Semarang.
Berbeda lagi ketika Ganjar menengok PTM di SMKN 6 Semarang. Sekolah kejuruan dengan bidang perhotelan hingga tata busana itu melaksanakan PTM untuk siswa kelas 11. Pembelajaran hanya berlangsung 4 jam mulai pukul 07.30 hingga 09.30 WIB.
“Kelas 11 (yang PTM) karena prioritas. Mereka belum pernah tatap muka dan ini mereka praktek. dua minggu kelas sepuluh,” ujar Kepala Sekolah SMKN 6 Semarang, Almiati.
Almiati mengatakan dari total 482 siswa, dibagi menjadi dua kloter. Minggu ini berjalan untuk tujuh kelas dan minggu depan untuk 6 kelas. Lebih hati-hati lagi, setiap kelasnya dibagi ke empat ruangan.
“Bagus itu, jadi benar-benar sedikit ya dalam satu kelas,” kata Ganjar menimpali laporan guru SMKN 6 Semarang.
Lain lagi sistem PTM di SMAN 3 Semarang. Sekolah yang terletak persis di depan kantor Wali Kota Semarang itu menggunakan sistem kombinasi PTM dan PJJ.
Dalam sehari, sebanyak 12 rombongan belajar dibagi dua shift. Shift satu untuk absen satu sampai 18. Shift kedua, absen 19 sampai 35.
“Ketika anak shift satu itu masuk, pembelajarannya kan tatap muka yang di sekolah. Tapi pada saat yang bersamaan siswa-siswa yang absen 19-35 di rumah itu pembelajaran jarak jauh. Jadi secara sinkron menggunakan live meeting,” kata Wakil Kepala Kurikulum SMAN 3 Semarang, Saroji.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan sistem yang diterapkan masing-masing sekolah sudah baik sehingga para siswa bisa menjalankan PTM dengan aman.
“Menurut saya, dengan cara begini tidak terjadi situasi yang ramai, sehingga masih di manage (atur) dengan baik. Sampai hari kedua sih Alhamdulillah bagus ya,” tuturnya.
Meski begitu, Gubernur Ganjar menyayangkan masih adanya siswa yang berangkat naik angkot atau ojek online. Hal itu ditemukan Ganjar di beberapa siswa saat tinjauan pagi tadi.
“Satu dua problem (masalah) transportasi ya, karena orang tuanya tidak bisa mengantar secara langsung, menjemput secara langsung sehingga ada yang naik angkot ada yang naik ojek. Tapi sangat sedikit sih,” kata Ganjar.
Ganjar berharap, orang tua hingga kerabat terdekat siswa turut berperan membantu menyukseskan pelaksanaan PTM.
“Ini yang mesti hati-hati kita butuh bantuan orang tuanya, jadi _effort_nya (usahanya bareng-bareng. Orang tuanya terlibat, saudaranya terlibat, keluarga terdekatnya terlibat,” jelas Ganjar.
Ganjar mencontohkan ketika dirinya bertemu seorang siswa SD, yang diantar bapaknya naik sepeda motor dengan keranjang bakso. Menurut Ganjar, dengan keterlibatan orang tua bisa memberikan semangat untuk anaknya.
“Tadi saya lihat ada anak SD orangtuanya bakul bakso terus kemudian diantar naik keranjang baksonya itu semangat yang luar biasa. Jadi orangtuanya berpartisipasi, anaknya menjadi penuh semangat karena diantar oleh orangtuanya. itu penting,” tandasnya.