SERAYUNEWS – Tingginya harga beras yang melambung tinggi, memicu terjadinya inflasi. Selain penyebab utama, ada juga dukungan dari komoditi lain yang mempengaruhi.
Harga beras di pasaran melambung sejak beberapa pekan lalu. Di pasaran wilayah Kabupaten Banyumas, harga beras di atas harga eceran tertinggi (HET).
Saat ini harga beras per kilogramnya, sudah menembus angka Rp 15 ribu per kilogramnya. Bahkan beras premium sudah di angka Rp 16 ribu per kilogramnya.
“Wilayah Purwokerto dan Cilacap pada Februari mengalami inflasi, terutama harga komoditas pangan,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia Purwokerto, Christoveny, Minggu (10/03/2024).
Selain beras, komoditas pangan lainnya seperti telor, daging, cabai yang juga naik harganya. Kondisi itu karena keterbatasan stok, akibat dampak cuaca.
“Tingkat inflasi Purwokerto secara month to month (mtm) 0,61 lebih tinggi dari cilacap yang 0,51 mtm. Kalau di Jateng inflasi mtm ada di angka 0,57 lebih tingga dari angka Nasional 0,37 mtm,” katanya.
Komoditas pangan yang memberi andil pada inflasi di Purwokerto, beras 0,28% , PAM 0,19%, telor 0,08%, ayam 0,05% , dan cabai 0,02%.
Christoveny menjelaskan, kenaikan beras karena faktor perubahan iklim yang mempengaruhi pergeseran masa tanam dan gangguan produktivitas. Sehingga, berkurangnya stok beras di lapangan.
Pengaruh dari fenomena El Nino, juga memberi dampak sampai saat ini. Sebab, cuaca ekstrem ini menjadikan pergeseran masa tanam. Termasuk jagung yang banyak jadi pakan ternak. Langkanya pakan ternak, itu yang memicu naiknya harga daging ayam.
“Khusus di Purwokerto, inflasi juga peningkatan tarif air minum PAM yang secara historis dari tahun ke tahun, kenaikan selalu pada bulan Februari,” kata dia.