SERAYUNEWS– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemkab Cilacap, menggelar simulasi penanganan darurat potensi megathrust di Politeknik Negeri Cilacap, Kamis (5/9/2024).
Simulasi gempa dan tsunami ini, upaya antisipasi ancaman gempa megathrust yang kemungkinan terjadi di sepanjang Pesisir Selatan Jawa.
Simulasi ini melibatkan ratusan warga pesisir di Kelurahan Tegalkamulyan Cilacap Selatan. Pada simulasi ini, skenarionya terjadi gempa bumi 8,8 SR di Wonogiri dengan kedalaman 17 Kilometer dan berpotensi tsunami.
Potensi tsunami melanda kawasan pesisir Cilacap sejauh 3 Kilometer, dengan waktu kedatangan 36 menit setelah gempa sampai pantai Cilacap. Gelombang perkiraan mencapai setinggi 8,5 Meter.
Meski jarak pusat gempa ke Cilacap mencapai 269 Kilometer, namun guncangan besar gempa tersebut terasa hingga Kabupaten Cilacap. Gempa ini membuat warga pesisir Cilacap panik, lalu mengevakuasi mandiri ke gedung bertingkat. Salah satunya di gedung lantai 3 Politeknik Negeri Cilacap (PNC).
Selain mengevakuasi warga ke tempat yang aman, dalam simulasi petugas juga mengevakuasi sejumlah korban luka dan meninggal dunia. Adanya simulasi ini, dapat sambutan baik warga pesisir Cilacap.
“Simulasi ini bagus sekali untuk melatih kita siaga, menghadapi potensi bencana gempa bumi dan tsunami. Sehingga jadi paham cara evakuasi mandirinya harus kemana, dan ke depan bisa ada lagi agar warga yang belum ikut bisa ikut latihan,” ujar Eko, warga setempat.
Selain Cilacap, simulasi ini juga serentak berlangsung di sejumlah wilayah lain di Indonesia yakni Kabupaten Mentawai, Serang, dan Pangandaran.
Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Lukmansyah mengatakan, bahwa Indonesia berada di tiga lempeng tektonik. Ini berpotensi adanya gempa bumi akibat adanya tumpukan lempeng tersebut yang bisa menyebabkan potensi gempa kecil hingga besar.
Meski demikian, ia meminta masyarakat tidak panik, namun tetap waspada. Selain itu perlu siap siaga mengantisipasi dengan rutin latihan atau simulasi gempa dan tsunami.
“Tidak ada yang bisa memprediksi kapan gempa itu akan terjadi, ataupun gempa tersebut menimbulkan tsunami atau tidak. Oleh sebab itu kita masyarakat tidak perlu panik, namun tetap harus waspada,” ujarnya.
Pj Bupati Cilacap, Mochamad Arief Irwanto menyampaikan, Cilacap termasuk daerah rawan bencana tsunami.
Karena posisinya sangat dekat dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia atau hanya berjarak sekitar 250 kilometer dari Cilacap. Dengan zona subduksi megathrust yang sewaktu-waktu dapat bergerak bersama.
Menurut para ahli tsunami dan BMKG, potensi gempa dari zona megathrust ini mencapai 8.7 skala richter dan dapat memicu gelombang tsunami setinggi 20 meter.
Terhadap potensi bahaya tsunami ini, terdapat 10 kecamatan dan 55 desa kelurahan yang beresiko terdampak.
“Memberikan informasi yang banyak kepada masyarakat dan pelatihan akan memperkuat kepercayaan masyarakat dan tidak lebih panik berkaitan dengan megathrust. Karena megathrust ini punya potensi besar, tapi kita tidak tahu kapan terjadi. Sehingga kesiapsiagaan kita lakukan bersama-sama, kemudian koordinasi bersama,” Pj Bupati.
Selain simulasi gempa dan tsunami, juga apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi bersama BPBD se Jawa Tengah, dan sejumlah relawan dari lembaga/instansi terkait.